CPNSD, Nasib Guru Honorer Murni!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang CPNSD, Nasib Guru Honorer Murni!, gimana tanggapan anda?
SETIAP ada pengumuman hasil tes calon pegawai negeri sipil (CPNSD), seorang guru honorer murni ikut sibuk membeli koran untuk melihat apakah namanya tercantum!

"Mengambil formasi apa?" tanya pemuda peserta testing di dekatnya.

"Formasi apa?" guru honorer itu balik bertanya.

"Dalam tes CPNSD setiap peserta memilih formasi!" jelas pemuda. "Jadi ibu tidak ikut tes?"

"Aku guru honorer!" jawab ibu. "Dalam pidato Presiden SBY pada Hari Guru 2 Desember 2008 yang kutonton di televisi jelas dia katakan, akhir 2009 semua guru bantu dan guru honorer selesai diangkat! Kupikir, di pengumuman penerimaan CPNSD akhir tahun 2009 ini namaku akan muncul! Katanya, mendapat pengangkatan otomatis!"


"Ini hasil tes CPNSD untuk penerimaan umum, jadi khusus buat yang ikut tes! Bukan otomatis!" jelas pemuda. "Lagi pula, guru bantu dan honorer yang dapat pengangkatan otomatis itu khusus yang masuk formasi atau data base Depdiknas 2005! Itu yang dijanjikan presiden selesai diangkat 2009!"

"Formasi lagi!" entak bu guru. "Bagaimana cara masuk formasi itu? Aku sudah mengajar lebih 15 tahun, kenapa tak masuk formasi dan ikut dapat pengangkatan otomatis? Demikian pula banyak guru honorer murni yang bernasib sepertiku!"

"Manalah kutahu!" timpal pemuda. "Memang tak adil, kalau guru yang sama-sama mendidik anak bangsa mengalami diskriminasi, ada yang dapat pengangkatan otomatis, tapi banyak pula yang meski sudah lebih lama mengajar malah tidak masuk formasi! Mungkin perlu heregistrasi, agar semua guru yang punya fungsi dan peran sama bagi bangsa mendapatkan perlakuan dan penghargaan yang adil!"

"Maaf ya, Dik, saya salut pada simpatimu!" tegas guru. "Tapi seberat-berat mata memandang, lebih berat bahu kami yang memikul deritanya! Kau berkali-kali menyebut formasi, selama ini tak ada sosialisasi pada kami guru honorer murni apa itu formasi dan bagaimana cara mengisinya! Ada kecenderungan, kalau ada peluang seperti formasi itu, yang berkuasa menanganinya secara diam-diam, seolah kami tak punya hak untuk itu!"

"Sebaiknya ibu dan kawan-kawan proaktif dalam mencari informasi!" tegas pemuda.

"Contohnya di pengumuman hasil tes CPNSD ini, banyak formasi guru yang tak terisi! Padahal, di sisi lain, banyak guru honorer yang tak jelas nasibnya!"

"Bagaimana kami harus proaktif cari informasi, dengan honor yang amat kecil kami harus tugas mengajar di kelas pagi dan kelas sore agar bisa menambah pendapatan!" tegas guru. "Belum lagi, kami guru honorer tempat mengajarnya di pelosok-pelosok jauh, yang ditinggalkan oleh guru PNS untuk berjubel di pinggiran kota atau daerah ramai! Kalau kami proaktif cari informasi, harus meninggalkan murid telantar tak ada yang mengajar! Jadi, hanya sikap adil penguasa yang bisa memperbaiki nasib kami! Sayangnya, sejauh ini hal itu belum terlihat!"
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Century Gate, Menyoal Sikap Presiden!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Century Gate, Menyoal Sikap Presiden!, gimana tanggapan anda? "SIKAP Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menolak imbauan Pansus Century Gate DPR agar menonaktifkan Boediono dari wakil presiden dan Sri Mulyani dari menteri keuangan, dipersoalkan!" ujar Umar. "Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menyatakan tidak harus dilihat dari sisi hukum, tapi dilihat dari sisi moral. Secara moral memang sebaiknya demikian (nonaktif). Anis Matta, Wakil Ketua DPR dan Sekjen PKS, senada, menyatakan ini soal etika politik. seharusnya Presiden sudah mengerti keinginan publik." (Koran Tempo, 20-12-2009)
"Itu yang memasalahkan!" sambut Amir. "Objektif dong, pasti banyak yang mendukung Presiden!"

"Memang!" tegas Umar. "Pendukung sikap Presiden itu Yusril Ihza Mahendra, ahli hukum tata negara. Menurut dia, tidak ada institusi yang berwenang menonaktifkan wakil presiden, termasuk Presiden sendiri. Karena, presiden dan wakilnya dipilih langsung! Juga Agung Laksono, wakil ketua umum Partai Golkar, menyatakan dalam UUD dan UU Kementerian Negara, tidak ada yang mengatur penonaktifan. Kecuali sudah ada proses persidangan."

"Dilihat dari esensi pernyataan kedua pihak, yang menentang dan mendukung, terjadi benturan antara pendekatan etika-moral dan pendekatan hukum!" timpal Amir. "Ini
membuat kita dituntut berpikir lebih jauh, karena seharusnya, etika-moral merupakan sumber dari hukum! Artinya, idealnya hukum itu merupakan implementasi dari etika-moral masyarakatnya! Jika etika-moral dan hukum tidak nyambung, berarti ada mata rantai yang hilang--missing link, khususnya dalam pengamalan hukum--sehingga implementasi hukum lepas dari etika-moral!"

"Mata rantai itu hilang sehingga etika-moral dan hukum tidak
nyambung karena kasusnya terkait politik, lebih khusus lagi politik kekuasaan!" tegas Umar. "Dilihat prosesnya, Pansus DPR mengimbau itu setelah rapat tertutup membahas isi amplop tertutup dari PPATK! Karena ketertutupan isi amplop itu harus dijaga sesuai amanat MA, maka tanpa membuka isi amplop itu pada publik Pansus menyampaikan imbauan penonaktifan! Artinya, secara etika-moral isi amplop itu cukup untuk dijadikan dasar imbauan tersebut! Kalau hukum diamalkan berorientasi etika moral, proses lahirnya imbauan itu sudah cukup sebagai dasar!"

"Tapi karena hukum lebih berorientasi politik kekuasaan, hukum semata tergantung pada bunyinya sedang semangatnya dikesampingkan, sendi etika-moral yang merupakan semangat itu tak dipakai hingga hukum pun tidak nyambung dengan etika-moral!" sela Amir. "Masalah ini bisa terjadi sudah diprediksi sejak awal oleh para penyusun UUD, sehingga mereka wanti-wanti, hidup-matinya UUD dan hukum tergantung pada semangatnya! Jika semangatnya hidup UUD itu akan hidup, sedang jika semangatnya mati UUD tinggal nama! Masalahnya, sudah sejauh itukah praktek konstitusi dan hukum kita?" ***
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Pansus, Potret Elite Suka Berlebihan!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Pansus, Potret Elite Suka Berlebihan!, gimana tanggapan anda?
SEORANG anak menangis dalam acara ulang tahun di rumah tetangga. "Dibagi cokelat satu seorang sama dengan teman-teman lainnya, kok malah menangis?" tanya guru TK, sang pembawa acara.

"Kalau memegang makanan cuma sebelah tangan dia menangis!" jelas baby sitter pendamping si anak. "Maunya kedua tangannya memegang!"

"O.., bakat elitenya, suka berlebihan, sejak kecil sudah menonjol, ya?" sambut bu guru. "Seperti Pansus Skandal Bank Century, merekrut tenaga ahli pendamping tugasnya sampai 24 orang!"


"Itu mah bukan mau kerja, tapi kenduri!" timpal seorang ibu yang menemani anaknya. "Mangan ora mangan asal ngumpul!"

"Ora mangan gimana?" entak ibu lainnya. "Dana Pansus sudah mereka usulkan Rp5 miliar! Dengan honor tenaga ahli Rp7,5 juta seorang per bulan, untuk tenaga ahli saja sebulan Rp180 juta!"

"Untuk anggota DPR yang terima lebih Rp40 juta sebulan, uang segitu kecil!" tukas ibu pertama. "Apalagi tenaga ahli itu amat mereka perlukan untuk menggantikan pekerjaan, agar mereka bisa tinggal terima bersih hasilnya dan dijamin lebih baik ketimbang kalau mereka kerjakan sendiri!"

"Jadi dengan gaji anggota DPR yang besar itu, tugasnya malah disuruh kerjakan orang lain yang dibayar DPR dengan honor relatif jauh lebih kecil dari mereka?" timpal ibu kedua.

"Mereka kan orang-orang terhormat, jadi tidak harus kerja keras untuk menyelesaikan tugasnya!" tegas ibu pertama. "Itulah potret elite kita, panutan bangsa! Jadi kalau warga masyarakat juga ikutan maunya dapat uang banyak tanpa kerja keras, sehingga siap berbuat apa saja demi meraih tongkrongan untuk itu, wajar saja! Semangat kerja keras jadi langka, karena bukan lagi penentu sukses yang diteladankan elite!"

"Selain langka semangat kerja keras, juga tak bisa menajamkan fokus pada inti masalah!" timpal ibu kedua. "Lihat saja setiap Pansus rapat, bicaranya bertele-tele, melebar tak menentu, lantas terjebak ke masalah tetek-bengek, berputar-putar habis waktu di sudut yang tak relevan!"

"Seperti semestinya fokus membahas sepeda, sepeda ada rodanya, pada roda ada pentil terbuat dari karet, lantas semua bicara membahas kebun karet!" tukas ibu pertama.

"Lucunya, mereka menyadari itu, sehingga merekrut sebanyak mungkin staf ahli agar ada yang menangani inti masalah secara fokus! Dengan begitu, meski mereka tak bisa menghentikan kebiasaannya suka berlebihan, tugas mereka diharapkan bisa diselesaikan oleh tim ahli! Nantinya, mereka tinggal membacakan kesimpulan akhir dan rekomendasi yang telah disiapkan tim ahli!"

"Sudah ibu-ibu, kita mulai acara ulang tahunnya!" potong ibu guru. "Kalau kita bicarakan sikap elite yang suka berlebihan, tak pernah habis! Karena, hal itu mereka lakukan berkelanjutan dengan setiap kali pakai modus baru!" n

Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Gadis Cantik dan Sexy

Melihat gadis cantik sexy yang memakai pakaian mini pasti membuat kita menjadi ingin melihat kemolekan tubuh polos yang di miliki oleh cewek tersebut. Pernahkan anda membayangkan betapa sexy dan hot tubuh gadis cantik manis yang lagi di tutupi sehelai benang?

Wow, pasti itu kata yang pertama bakalan meluncur dari mulut anda ketika hal itu bisa bener2 terjadi. Mengapa gadis cantik sexy yang bugil bisa membuat kita merasa sampai sebegitunya? Memang hal yang patut untuk kita renungi bersama hal ini.

Apalagi kalau melihat artis cantik sexy yang rela mesum untuk mendapatkan popularitas yang dia inginkan. Bukankah itu merupakan hal yang sangat tidak masuk akal mencari ketenaran dengan bugil? Tapi bagi sebagian artis hal tersebut masuk akal.

Rakyat Dambakan Arjuna-Srikandi!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Rakyat Dambakan Arjuna-Srikandi!, gimana tanggapan anda?
TEMON tinggal satu-satunya orang dari kawasan desa transmigran yang bisa menggambar wayang Arjuna dan Srikandi pada sebutir kelapa gading muda untuk tingkeban--upacara tujuh bulan kehamilan anak pertama. Setiap minggu ada saja yang datang minta bantuannya untuk itu.

"Kenapa harus Arjuna dan Srikandi?" tanya Temin.

"Supaya kalau anaknya laki-laki seperti Arjuna, kalau perempuan seperti Srikandi!" jelas Temon. "Juga petunjuk, kalau bacokan ayah si bayi waktu membelah kelapa itu lurus anaknya laki-laki!"

"Apakah semua itu terbukti?" kejar Temin.

"Logikanya, kalau tidak terbukti kebiasaan itu pudar, karena orang jadi enggan!" jawab Temon.


"Tapi kuperhatikan, anak-anak lahiran kawasan sini tak banyak yang tampan seperti Arjuna atau secantik Srikandi!" tukas Temin. "Kalau ada yang tampan dan cantik, sepadan ayah--ibunya!"

"Yang paling didambakan rakyat bukan tampan atau cantiknya wajah, tapi watak kesatrianya yang tegas, berani bersikap meski ada risiko!" tegas Temon. "Arjuna, jadi idola dengan sosoknya sebagai problem solver, tokoh penuntas masalah yang dilakukannya secara kesatria, tegas dan siap berkorban! Sosok itu bisa diperankan siapa saja sesuai skala peran di lingkungannya!"

"Berarti rakyat membutuhkan banyak Arjuna dan Srikandi yang berperan pada skala lingkungan tokohnya!" timpal Temin. "Tapi sosok dambaan yang seharusnya menjadi bagian dari masyarakat itu justru langka dalam masyarakat! Akibat langka sosok problem solver di tengah masyarakat, rakyat kebanyakan terpaksa harus selalu berjuang sendiri untuk mengentaskan diri, keluarga dan warganya dari kemiskinan! Apa
inti masalahnya?"

"Feodalisme di lapisan elite kita dengan status oriented, rupanya telah merebak ke lapisan sosial terbawah hingga meski mereka masih mendamba Arjuna dan Srikandi, dalam prakteknya mereka sudah lepas dari role oriented--orientasi fungsi dan peran--seperti ditanamkan wayang!" jelas Temon. "Anak jelata yang sejak usia tujuh bulan dalam kandungan sudah diidamkan jadi problem solver yang fungsional berperan sebagai bagian dalam masyarakat, malah ikut-ikutan berburu status! Akibatnya, warga masyarakat lapisan terbawah cenderung terus semakin lemah, karena selalu kehilangan unggul-unggul--sosok tulang punggung warga yang bisa diandalkan--karena mereka ikut berburu status dan saat berhasil, orientasinya beralih ke level elite, bukan lagi ke warga aslinya!"

"Pakai apa anak-anak jelata direposisi ke asalnya, agar tak ikutan status oriented?" kejar Temin.

"Sistem pendidikannya yang harus diubah, bukan anaknya!" tegas Temon. "Sistem pendidikan kita terlalu status oriented, tak kenal role oriented! Tamat SMP, SMA, tak tahu peran apa yang bisa diambilnya dalam masyarakat! Padahal, wajib belajar cuma sampai SMP!"
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Rakyat Kreatif Ekspresikan Nurani!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Rakyat Kreatif Ekspresikan Nurani!, gimana tanggapan anda?
"RAKYAT Indonesia sungguh kreatif, tak kehabisan cara mengekspresikan hati nurani, yang bukan saja memikat dukungan publik, tapi juga dalam menemukan cara-cara baru!" ujar Umar. "Dalam kasus Prita Mulyasari, misalnya, terjadi dua gelombang ekspresi nurani yang menggebrak ruang publik, mengaktual jadi people power! Pertama lewat Facebook, dalam waktu singkat meraih dukungan lebih 500 ribu facebookers! Kedua lewat Koin Buat Prita, dalam waktu relatif singkat berhasil menghimpun Rp500 juta lebih!"

"Pesatnya eskalasi dukungan dalam kasus Prita, akibat putusan hukum bertentangan dengan hati nurani rakyat!" sambut Amir. "Putusan hukum itu ibarat bensin yang disiramkan ke ilalang kering hati nurani rakyat, ketika disulut lewat Facebook dan koin, langsung marak! Masalahnya, kenapa hukum membuat hati nurani rakyat jadi ilalang kering? Padahal, setiap proses hukum didahului pro-justisia 'Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa', di mana hati nurani merupakan God Spot--titik Illahiah setiap insan!"


"Berarti pokok masalah pada tidak relevannya produk hukum dengan pro-justisia!" tegas Umar. "Tapi itu bukan selalu berarti kesalahan aparat hukum baik itu polisi, jaksa, atau hakim! Tapi bisa pada Undang-Undang (UU) atau hukum formal yang dengan sifat positivistiknya tidak terjamin 'nyambung' dengan sifat Illahiah hati nurani--karena UU diciptakan tidak terlepas dari kepentingan tersembunyi pembuatnya--lazim disebut kepentingan status quo kekuasaan!!"

"Soal itu sebenarnya selalu disadari para pembuat UU, hingga dalam UU Kekuasaan Kehakiman ditegaskan kewajiban hakim menggali hukum berdasar rasa keadilan masyarakat--keadilan yang berakar pada hati nurani rakyat!" timpal Amir. "Dari berbagai kasus yang dimasalahkan publik, terlihat masalah kreativitas menjalankan amanah UU untuk menggali rasa keadilan masyarakat itu yang cenderung kurang, sehingga putusan yang secara hukum mungkin benar, bertentangan dengan hati nurani!"

"Dengan di lain pihak rakyat lebih kreatif dalam mengekspresikan hati nurani setiap ada putusan yang bertentangan dengan rasa keadilannya, kekurangkreatifan aparat hukum memenuhi amanat untuk menggali rasa keadilan mencuat, dengan akibat rendahnya mutu putusan hukum!" tegas Umar. "Mutu putusan hukum yang rendah pada standar rasa keadilan masyarakat, sehingga tidak relevan dengan hati nurani rakyat, bisa menurunkan kepercayaan publik pada proses hukum! Jika hal itu berlarut-larut, bisa membuat nurani seperti ilalang kering, dengan pemantik kecil pun bisa terbakar, menjadi perlawanan rakyat seperti lewat Facebook dan koin dalam kasus Prita! Logikanya, hal itu bisa dihindari jika aparat hukum tak kalah kreatif dari rakyat dalam pengamalan pro-justisia dan amanah UU!"
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Prita, Ketika Hukum Senilai Recehan!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Prita, Ketika Hukum Senilai Recehan!, gimana tanggapan anda?
"VONIS denda Rp204 juta atas keluhan Prita di e-mail pribadinya yang dijatuhkan Pengadilan Tinggi Banten direspons masyarakat luas dengan gerakan Koin Buat Prita!" ujar Umar. "Gerakan itu berupa perlawanan terbuka terhadap putusan hukum yang tak adil, lewat pembuktian putusan itu cuma senilai recehan! Dan terbukti, dalam beberapa hari saja gerakan itu berhasil mengumpul recehan lebih Rp500 juta!"

"Paling memprihatinkan, perlawanan terbuka itu mengekspresikan penilaian publik bahwa hukum telah menjadi komoditas yang diperjual-belikan secara murahan, cuma seharga uang recehan!" sambut Amir. "Itu layak menjadi cambuk bagi kita semua untuk introspeksi, karena realitas hukum merupakan aktualisasi dari persepsi masyarakat terhadap hukum itu sendiri! Artinya, jika dalam persepsi masyarakat hukum itu cuma recehan, apalagi persepsi itu telah dijadikan tindakan nyata memperlakukan hukum secara terbuka cuma senilai recehan, tak bisa dielakkan hukum memang telah menjadi recehan!"

"Pasti ada sebab-akibat hukum terjerumus serendah itu!" tebak Umar.


"Tentu!" tegas Amir. "Itu kausalitas dari proses penegakan hukum yang telah terjerumus dalam anomali terburuk! Baik itu anomali Solon, hukum dipraktekkan seperti sarang laba-laba, hanya bisa menjerat yang lemah, jika terkait yang kuat berantakan--seperti pada kasus-kasus besar yang dijadikan hak angket DPR! Maupun anomali Hobbes, hukum itu seperti mata pisau, hanya tajam ke bawah, sedang ke atas tumpul!"

"Persepsi publik yang menempatkan hukum pada anomali terburuk bukan lagi semata di tataran nasional!" timpal Umar. "Lewat kasus Prita hal ini diangkat International Herald Tribune (IHT) edisi akhir pekan lalu sebagai artikel halaman pertama! Lawan Prita memang RS berlabel 'internasional'! Hal terpenting yang dikemukakan IHT, kasus itu memperlihatkan betapa rakyat jelata di Indonesia mudah terperangkap dalam sistem hukum paling korup di dunia!"

"Kita memang tidak harus mendaulat setiap yang dikatakan media asing pasti benar!" tegas Amir. "Tapi sebagai tamparan ke wajah kita, wajarkah jika kita tetap bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa di negeri ini? Sikap demikian jelas amat keterlaluan! Lebih-lebih karena judgment asing itu telak menohok martabat kita sebagai bangsa--yang selalu mengklaim punya peradaban luhur! Seluhur apa dengan stigma terkorup di dunia itu?"

"Maka itu, persepsi masyarakat tentang praktek hukum sebagai bisnis recehan maupun judgment sistem hukum kita terkorup di dunia tak layak disepelekan kalangan penegak hukum!" timpal Umar. "Untuk itu tak perlu diajari harus berbuat apa, tapi tahu sendirilah seharusnya bagaimana sebagai pemandu bangsa berperadaban luhur!"
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.