Laode Ida Tolak Mobil Supermewah!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Laode Ida Tolak Mobil Supermewah!, gimana tanggapan anda?
"MAHATMA Gandhi, bapak bangsa India, naik kereta api ekonomi di kelas tiga!" tutur Umar. "Orang di sekitarnya mengenali itu tokoh besar bangsanya, menanya, 'Kenapa Anda naik kereta ekonomi kelas tiga?' Dengan senyum pemimpin agung berpakaian lembaran kain putih mirip ihram itu menjawab, 'Karena tidak ada kelas empat!"

"Itu contoh hidup sangat sederhana dari seorang pemimpin yang amat dihormati bukan saja oleh bangsanya, tapi juga dunia!" sambut Amir. "Lewat praktek hidup sederhana meneladani Gandhi para pemimpin India, di tengah krisis keuangan global ekonomi negerinya yang berpenduduk satu miliar jiwa mampu mencapai pertumbuhan di atas delapan persen pada 2009! Sedang kita, cuma mampu tumbuh empat persen saja, jauh di bawah skala penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan, para pejabat negaranya sudah merasa amat hebat hingga memakai kendaraan dinas Crown Super-Saloon seharga Rp1,3 miliar!"

"Maka itu, sangat wajar Laode Ida, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), menolak kendaraan dinas supermewah itu!" tegas Umar. "Menurut dia, selisih harga lebih Rp800 juta itu berarti banyak bagi rakyat yang mayoritas masih melarat! Laode Ida menegaskan, pimpinan negara kita tidak peka terhadap penderitaan rakyat!"


"Masalahnya, karena para pemimpin kita terjebak hidup dalam retorikanya sendiri!" timpal Amir. "Dengan retorika mereka sebutkan negara telah maju dan rakyatnya makmur, mereka anggap retorikanya itu telah menjadi kenyataan sehingga dirinya merasa patut tampil selayak pemimpin di negara yang rakyatnya makmur! Celakanya, ada di antara pemimpin itu, meski tak sebanyak bilangan jari seperti Laode Ida, masih bisa melihat realitas penderitaan rakyat apa adanya! Akibatnya terjadi kontras, para pemimpin hidup supermewah, rakyatnya hidup tiarap tercekam superderita!"

"Ironisnya, para pemimpin selalu merujuk sukses negerinya dengan mengacu India dan China, yang keduanya berpenduduk lebih satu miliar jiwa dengan angka pertumbuhan ekonomi kontinu di atas delapan persen! Bahkan sebelum krisis global China bisa lebih 10 persen!" tukas Umar. "Padahal, kedua negara itu bisa mencapai sukses demikian terutama berkat para pemimpin negerinya hidup sangat sederhana, sedang para pemimpin kita sebaliknya! Di China koruptor dihukum mati, di sini komisi antikorupsinya diadang berbagai penyulitan! Terakhir disiapkan aturan penyadapan telepon koruptor setiap dilakukan komisi itu!"

"Meski begitu, kita cuma bisa berdoa langkah Laode Ida membawa pencerahan pada para pemimpin bangsa kita, hingga mampu melihat dengan jernih realitas penderitaan rakyat!" timpal Amir. "Agar mereka tak lagi lupa diri, menari-nari hidup supermewah di atas penderitaan rakyat!"
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Kakek 'Replanting' Lapangan Golf!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Kakek 'Replanting' Lapangan Golf!, gimana tanggapan anda?
UNJUK sukses di kota, cucu membawa kakeknya yang datang dari desa ke lapangan golf.

"Ini tempat orang-orang sukses!" jelas cucu. "Aku dulu kakek ajari mengayun sabit membabat rumput, sekarang mengayun stik memukul bola!"
Kakek terangguk, memandang lapangan luas yang hijau, dipagari pepohonan tinggi di kiri-kanannya. Sambil ikut cucu jalan bersama kawan mainnya, ia pun banyak bertanya tentang golf, tentang orang-orang yang membawakan tongkat golf mereka!
Di jalan pulang cucu tanya, "Apa kesan kakek?"

"Bagus!" jawab kakek. "Itu olahraga sempurna! Jalan sampai tiga jam lebih, memukul bola pakai tenaga, menghirup udara segar! Cuma..."

"Cuma apa?" kejar cucu.


"Itu pepohonan di kiri-kanan sepanjang lapangan kenapa ditanam albasia atau cemara yang tidak berbuah?" ujar kakek. "Tadi kakek bayangkan, jika itu ditanami petai, melinjo, durian dan lainnya yang juga bisa menjulang setinggi itu, pasti hasilnya menambah perolehan sewa lapangan!"

"Kakek kuno, kampungan!" entak cucu. "Golf itu permainan kelas dunia, lapangannya juga harus berstandar internasional!"

"Masak pohonnya saja tak boleh di-Indonesia-kan? Yang bener aja!" timpal kakek. "Coba kalau itu tanaman kebun, hasilnya separuh untuk yayasan pengelola lapangan, separuhnya lagi bisa untuk kesejahteraan para kedi yang sekaligus diberi tugas menjaga, merawat, dan memanen hasilnya, kesejahteraan ratusan kedi bisa ditingkatkan!"

"Jadi kakek tadi dalam benak me-replanting--menanam ulang--pepohonan di lapangan golf, sekalian perhitungan ekonomisnya?" tanya cucu. "Tapi ada standar bentangan lebar pohonnya!"

"Lebar bentangan pohon bisa diatur!" tegas kakek. "Pokoknya semua aturan permainan tetap, pohonnya saja yang di-Indonesia-kan! Sekaligus sebagai contoh pembumian budaya dunia di negeri ini sehingga modernisasi bukan semata-mata westernisasi, melainkan juga mentahbiskan piranti lokal ke dalam proses modernisasi! Dengan begitu, di tengah kemajuan yang dicapai kita tetap merasa hidup di bumi Indonesia yang amat kita cintai! Berani mengajukan gagasanku?"

"Ogah, ah!" jawab cucu. "Ntar jadi tertawaan!"

"Kalau kalangan suksesnya--atau istilah televisi elitenya--saja tak berani meng-Indonesia-kan lingkungannya, sehingga simbol-simbol sukses dan kemajuan cuma yang serbawesternisasi, saat kemajuan tercapai bangsa ini kehilangan identitas atau jati dirinya!" tegas kakek. "Sampai di situ, secara budaya dengan semua subsistemnya--tanpa kecuali politik dan ekonomi--bangsa kita kembali terjajah! Penjajahan budaya, lebih merasuk ke sumsum sendi-sendi kehidupan!"

"Kakek repot jati diri melulu!" entak cucu. "Kakek lihat sendiri, tradisi feodal mampu bertahan dan menyatu dengan politik dan ekonomi liberal! Budaya dunia tak kenal batas negara, Kek!"
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

2010, Cekik dan Peras Guru Honorer!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang 2010, Cekik dan Peras Guru Honorer!, gimana tanggapan anda?
"SEJALAN tradisinya, Indonesia memasuki 2010 dengan ketiadaan grand design--blue print--gambar akhir hasil pembangunan!" ujar Umar.

"Rencana pembangunan jangka menengah dan panjang cuma memuat target-target parsial, tambal sulam! Kemiskinan akhir periode anu berkurang anu persen! Pengangguran turun sekian persen! Kekurangan listrik 50 ribu mw ditambal 10 ribu mw, padahal periode itu sampai bolongnya jadi jauh lebih besar! Idealnya, ada blue print komprehensif bentuk akhir seutuhnya, berapa biayanya, bagaimana mewujudkannya lengkap time schedule prosesnya!"

"Tambal sulam itu terjadi nyaris di semua sektor!" timpal Amir. "Di sektor pendidikan amat parah, dilukiskan Dr. M. Abduhzen dari Institute for Education Reform dalam seminar akhir tahun FMGI--Forum Martabat Guru Indonesia--Lampung! Ganti rezim pejabat ganti kebijakan, sifatnya trial and error, hit and run, kick and rush--plesetan cekik dan peras!"


"Aslinya kick and rush berarti tendang dan tabrak, istilah rugbi--sepak bola Amerika!" ujar Umar. "Diplesetkan cekik dan peras, seperti apa?"

"Contoh gamblang diberikan Prof. Sutopo Gani--Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Lampung--pada seminar sama! Dari 20 persen APBD 2009 Provinsi Lampung untuk pendidikan atau Rp380-an miliar, masuk sektor pendidikan cuma 10,5 persen! Yang 89 persen lebih masuk satker-satker lain dengan dalih kegiatan pendidikan satkernya!"

"Mantap sekali cekik dan perasnya!" tukas Umar.

"Padahal masalah sektor pendidikan sendiri jauh lebih kritis dari dalih yang malah diberi prioritas itu!" timpal Amir. "Menurut Prof. Sutopo, dari 107 ribu guru di Lampung, 54 ribu lebih guru honorer, merata di sekolah negeri dan swasta! Bukan rahasia, honor kebanyakan guru itu cuma sekitar Rp250 ribu sebulan! Jika guru honorer mogok, tegas Sutopo, pendidikan Lampung bisa lumpuh!"

"Gawat!" entak Umar. "Keadilan harus ditegakkan! Masak anggaran pendidikan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sudah dicukupi 20 persen, masih demikian banyak guru tercekik dan diperas!"

"Itulah yang diperjuangkan Dewan Pendidikan, dengan konsep tidak tambal sulam lagi!" tegas Amir. "Tuntutan kenaikan gaji guru honorer harus setara gaji minimal yang diterima guru PNS tahun 2010, yakni Rp2 juta! Ada komitmen nasional--sejak Hari Guru 2008 Presiden SBY menjanjikan nasib semua guru honorer selesai akhir 2009, kata Prof. Sutopo, kebutuhan dana untuk itu ditutup anggaran pendidikan pusat 50 persen, provinsi 30 persen, kabupaten-kota 20 persen! Anggaran pendidikan pusat dan provinsi di Lampung sekitar Rp1,7 triliun, biaya untuk itu dan kebutuhan pendidikan lainnya bisa dipenuhi!"

"Kuncinya pada kepala daerah dan DPRD yang saat kampanye berjanji propendidikan!" timpal Umar. "Jika mereka kesatria memenuhi janjinya, bukan janji kosong, derita guru honorer bisa diatasi--tak lagi melanjutkan tradisi tambal sulam!" ***
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Notes 2009, MA Koreksi Sisdiknas!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Notes 2009, MA Koreksi Sisdiknas!, gimana tanggapan anda?
"AMAR Mahkamah Agung (MA) dalam putusan kasasi untuk merevisi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) layak masuk Notes 2009!" ujar Umar. "Koreksi itu diperintahkan secara umum, sebagai wadah bagi isi putusan khusus berupa prakondisi--syarat-syarat dasar--untuk pelaksanaan ujian nasional (UN), yakni pemerataan peningkatan fasilitas pendidikan dan mutu guru di seluruh Tanah Air! Dengan bahasa amar sedemikian berarti, sebelum syarat-syarat dasar itu dipenuhi tidak boleh melaksanakan UN--apalagi dijadikan dasar kelulusan murid!"

"Perintah MA yang bersifat umum untuk merevisi UU Sisdiknas itu kewajiban yang mengikat bagi para pembuat UU, Presiden dan DPR!" sambut Amir. "Jadi terlalu gegabah jika seorang menteri menyalahtafsirkan secara sepihak semata untuk mengencundangi putusan MA tersebut! Akibat laku lajak menteri itu, bukan saja materiel hukum putusan MA yang dilanggar--dengan tetap akan menyelenggarakan UN tanpa memenuhi syarat-syarat dasar patokan MA--malahan menyalahi sistem ketatanegaraan!"


"Begitulah, kesalahan selalu menjadi kaprah pada tindakan yang berkuasa di negeri ini!" tegas Umar. "Laku lajak penyelenggaraan UN dikoreksi MA, malah dijawab dengan laku lajak yang lebih fatal, menyalahi sistem ketatanegaraan! Jauh lebih fatal lagi, pelanggaran prinsip dasar itu dilakukan oleh aktor utama, contoh perilaku dunia pendidikan!"

"Kesalahan terpenting dalam UU Sisdiknas yang harus direvisi, tidak diakomodasinya semangat reformasi, yakni desentralisasi--dengan realitas Sisdiknas yang sangat sentralistik!" timpal Amir. "Padahal sejak awal disepakati, hanya empat hal yang tidak didesentralisasi, yakni sistem moneter terutama pencetakan uang (pada fiskal justru ditekankan perimbangan keuangan pusat-daerah), hubungan diplomatik (meski pemda dan warga tak dibatasi hubungan ke luar negeri), hukum dan peradilan, serta keagamaan--meski ada daerah memakai sistem syariah! Jadi, masih ada penyesuaian! Cuma sistem pendidikan yang seharusnya desentralisasi malah dijalankan dengan amat sentralistik!"

"Konsekuensinya, jutaan impian yang menuntut jutaan ragam kemampuan untuk meraihnya, kandas oleh hanya di bawah 10 jenis kemampuan yang ditanamkan seragam pada seluruh anak bangsa melalui Sisdiknas yang amat sentralistik, khususnya dengan UN yang hanya mengasah kemampuan pada beberapa mata pelajaran saja!" tegas Umar.

"Tampak, desentralisasi pendidikan bahkan sampai ke spesialisasi yang tajam pada sekolah--sesuai situasi-kondisi lingkungannya--menjadi kebutuhan mutlak! Sejarah menuntun, bangsa ini bertahan dengan lokal genius yang sangat unik di semua daerah! Pendidikan yang sentralistik menumpas tuntas segala bentuk dan jenis potensi keunggulan lokal tersebut!"
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Notes 2009, Publik Mendikte Elite!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Notes 2009, Publik Mendikte Elite!, gimana tanggapan anda?
"SO, what wrong ketika watak jabatan jadi lebih dominan mengaktual ketimbang integritas atau kepribadian asali sang tokoh?" tukas Umar.

"Saat tokoh idealis-kritis mendapat jabatan kekuasaan, wataknya bisa berubah jadi buto terong?"

"Dalam 2009, ada gejala memuncak di balik what wrong itu! Publik, rakyat kebanyakan atau jelata, terkulminasi didih batas kesabarannya, tecermin pada respons mereka lewat Facebook dan koin untuk Prita terkait penderitaan yang kelewat batas para korban penyimpangan watak elite!" sambut Amir.


"Bahkan keadaan jadi berbalik seperti film Robert Redford, Lions for Lambs--saat singa-singa dipermainkan domba! Publik--rakyat kecil dan lemah, sang domba--mendikte elite--singa! Kesan itu menonjol dalam gumpalan-gumpalan kumulonimbus informasi pers, yang secara komprehensif (media cetak dan elektronik) menggalang banjir bandang opini publik menggelontor tumpukan kotoran yang menyesakkan kehidupan bangsa!"

"Tapi apa inti penyebab perubahan watak itu?" potong Umar.

"Kekuasaan sebagai dunia elite itu seperti ruang besar berpengatur udara tersendiri, siapa saja masuk ruangan itu dan menghirup udaranya, tanpa sadar ia berwatak dan berperilaku seperti orang-orang dalam ruangan tersebut!" jelas Amir.

"Ruang besar itu sendiri bernama kultur, dalam hal ini kultur kekuasaan dengan ciri-ciri amat khas sesuai historisnya! Lazimnya kultur, menggerakkan dari bawah sadar! Itu disadari kaum revolusioner, yang lewat revolusi berusaha mengubah kultur kekuasaan itu, tapi secara prinsip tak pernah berhasil--sebab, saat masuk ruangan itu, watak mereka juga berubah menjadi seperti orang borjuis yang mereka singkirkan melalui revolusi!"

"Lantas, bagaimana geliat publik lewat gebrakan opininya melalui beragam media, yang dalam 2009 bisa menjadi banjir bandang melabrak penyimpangan watak elite?" tanya Umar.

"Itu kekhasan 2009, yang mungkin akan menjadi bahan studi menarik di masa depan!" jawab Amir. "Karena, seperti lazimnya banjir bandang, terjadi sekali-sekali dengan adanya proses sebab-akibat yang menjadi pemicunya! Seusai banjir bandang, biasanya orang berbenah terhadap sebab-akibat dimaksud! Di lain pihak, pers tak mudah untuk membentuk kembali gumpalan kumulonimbus opini publik guna membuat hujan besar yang bisa menjadi banjir bandang!"

"Maksudmu, banjir bandang itu hanya mengubah sedikit dan sejenak watak elite dari kultur bawah sadar kekuasaan?" kejar Umar.

"Bisa disimak saksama, perubahan sedikit dan sejenak itu pun tidaklah tulus--telunjuk lurus kelingking berkait!" tegas Amir. "Lebih tepat lagi, hal itu terjadi semata karena retorika jebol oleh banjir bandang opini publik! Menambal retorika jelas lebih mudah daripada membuat banjir bandang!" n
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Notes 2009, Sirkulasi Elite Politik!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Notes 2009, Sirkulasi Elite Politik!, gimana tanggapan anda?
"2009 tahun yang riuh dengan pertarungan elite di gelanggang politik!" ujar Umar.

"Dibuka dengan unjuk kekuatan pemilu legislatif, lanjut ke pemilu presiden, berujung hak angket DPR atas skandal Bank Century yang berlanjut ke 2010!"

"Pemilu legislatif melanjutkan proses perputaran roda sejarah dengan sirkulasi elite politik di semua tingkatan, lokal, provinsi dan nasional, kali ini giliran Partai Demokrat naik ke atas! Demokrat menggantikan posisi Partai Golkar--pemenang Pemilu 2004, yang sebelumnya menggantikan posisi PDIP, pemenang Pemilu 1999!" sambut Amir.

"Perputaran elite antarpartai menguasai mayoritas wakil rakyat itu cermin relatif tingginya dinamika politik nasional dekade pertama Abad 21! Namun, dinamika tinggi itu hanya terjadi pada rakyat pemilih! Sedang elitenya, setiap baru saja berkuasa ujug-ujug jadi status quo--jalan di tempat, sehingga setiap kali segera ditinggalkan oleh rakyat! Meski dengan pengalaman sebagai pelajaran segamblang itu, Partai Demokrat yang baru berkuasa juga tampak siap ikut mengulang sejarah--keburu berlagak status quo! Gaya politik di parlemen yang defensif dari opini publik dalam berbagai kasus mutakhir, mengawali gejalanya!"


"Ketimpangan dinamika elite dari rakyatnya itu bukan semata terjadi di politik!" tukas Umar. "Di bidang hukum dan teknologi informasi (TI), tanpa kecuali! Kasus Prita Mulyasari dan penetapan tersangka korupsi pimpinan KPK (Bibit-Chandra), jadi isyarat elite hukum tertinggal dari rakyat, baik dalam hukum itu sendiri maupun dalam TI. Ketinggalan elite hukum dari rakyat terutama dalam memaknai keadilan bukan kepalang, hingga mengundang people power lewat IT (facebook)--lebih setengah juta akun dan nyaris Rp1 miliar koin recehan dalam kasus Prita, dan 1,2 juta akun lebih dalam kasus Bibit-Chandra, hingga mengundang Presiden menggunakan hak prerogatifnya membentuk tim verifikasi independen dan usaha penyelesaian di luar pengadilan! Semua itu tercetak tebal di notes 2009, sebagai mile stone kemajuan opini publik!"

"Orientasi status quo pada setiap elite yang sedang berkuasa (baik politik maupun hukum), membuat sirkulasi elite hanya terjadi secara fisis! Sedang dalam idea atau sikap-lakunya, jebul kurang lebih sama--semata demi kepentingan kekuasaan dan hak-hak istimewanya!" timpal Amir. "Akibatnya rakyat selalu terkecoh! Memilih wayang janoko, saat naik panggung jogetannya kok cakil, atau malah buto terong! Di panggung yang tampil bukan watak asli tokohnya yang khas, tapi watak jabatan--seolah ada cetakannya, setiap jabatan punya model watak tertentu--sehingga gonta-ganti tokoh pun dalam sirkulasi elite, watak orang yang duduk di suatu jabatan akan selalu sama!
Demonstran paling idealis sekalipun, ketika menduduki jabatan kekuasaan wataknya berubah, bisa jadi buto terong juga! So what wrong, gitu lo!" ***

Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Aksi Perampok Nekat di Lampung!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Aksi Perampok Nekat di Lampung!, gimana tanggapan anda?
"KAWANAN perampok nekat beraksi di Lampung, menggondol Rp2,75 miliar dari mobil bank yang membawanya!" ujar Umar. "Disebut nekat, karena beraksi siang bolong, terhadap mobil bank yang dikawal polisi bersenjata otomatis, penyergapan dilakukan di depan pos dijaga seregu satpam, di sisi jalan raya lintas Sumatera yang ramai pula!"

"Dari cara penyergapan dengan senjata api laras panjang dan pendek hingga relatif mudah melumpuhkan polisi bersenjata otomatis--bahkan merampas senjatanya--mengindikasikan para pelaku bukan pemain lokal yang umumnya cuma bersenjata api rakitan!" sambut Amir. "Kalaupun ada pemain lokal yang terlibat, mungkin hanya penggambar situasi yang agak lama juga dilakukan hingga aksi mereka cukup terencana!"

"Dibanding aksi sejenis beberapa waktu lalu, menyergap mobil bank di jalan raya Metro menuju Bandar Lampung yang relatif berantakan--sopir sampai tergilas mobil--hingga polisi lebih mudah mencari pelakunya, aksi kali ini lebih rapi!" tukas Umar.


"Kerapian itu bisa membuat polisi lebih sulit mencari pelakunya! Lebih-lebih, jika benar pelaku utama merupakan pemain luar daerah! Kecuali, nomor polisi lokal pada mobil yang dipakai pelaku bisa menuntun ke petunjuk lebih jelas!"

"Harapan tentu, seprofesional apa pun penjahat yang beraksi di Lampung selalu bisa diringkus polisi!" timpal Amir. "Betapa, jika mobil dengan pengawalan polisi saja bisa jadi sasaran empuk penjahat, bagaimana pula dengan mobil warga yang tanpa pengawal! Di sisi lain, kegagalan polisi mengatasi kejahatan, wilayahnya bisa dijadikan 'ladang' oleh penjahat!"

"Untuk itu, selain usaha meringkus para pelaku perampokan, ada hal-hal khusus yang layak jadi perhatian polisi!" sambut Umar. "Terutama peningkatan kemampuan anggota menghadapi situasi kritis! Bukan saja skill mengatasi ancaman penjahat, tapi juga mengoordinasi bantuan! Seperti petugas yang sebenarnya curiga pada mobil yang membuntuti mereka sepanjang jalan, seharusnya dia menghubungi Mapolres Lampung Tengah yang terletak di tepi jalan raya untuk mendapat tambahan pengawalan, atau malah membelokkan mobil yang dikawalnya masuk Mapolres! Tepatnya, kematangan untuk mengantisipasi situasi perlu ditingkatkan!"

"Koordinasi pengamanan seperti itu tak semata pada petugas di mobil! Tapi harus komprehensif, dengan skenario yang tersistem baik!" tegas Amir. "Kuncinya memang petugas di mobil, yang harus dilengkapi alat komunikasi! Bukan saja dia bisa menghubungi dan berkomunikasi dengan setiap polsek dan polres yang dilalui, juga bisa dimonitor satuan tugasnya sejak dia melapor mobilnya berangkat! Penjahat sudah semakin canggih dan nekat, polisi harus lebih unggul dalam segala hal untuk mengatasinya!" ***
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.