Nelayan Kita ke Laut Memanen Ikan!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Nelayan Kita ke Laut Memanen Ikan!, gimana tanggapan anda?
"ANEH! Nelayan asing mencuri ikan kita bisa hit and run, beberapa kapal mendatangi satu titik dengan gerak cepat memenuhi palka berkapasitas 500 ton atau lebih, lalu lari!" ujar Umar. "Sedang nelayan kita sampai habis bekalnya melaut--bahan bakar kapal dan perutnya--beberapa ember plastik es yang dibawa jarang dipenuhi ikan!"

"Kapal pencuri ikan hit and run itu dibantu sistem komunikasi satelit juragannya yang memastikan koordinat ikan berkumpul, lalu dengan fitur GPS--geo position satellite yang bisa di-setting di hape--mereka langsung menuju tempat memanen ikan!" sambut Amir. "Para juragan nelayan kita belum berpikir sejauh itu, apalagi nelayan perorangan!"


"Bukan juragan atau nelayan perorangan yang harus memikirkan itu! Tapi negara, Kementerian Kelautan dan Perikanan!" tegas Umar. "Bangun pusat pemantau satelit untuk mengetahui koordinat ikan di perairan seantero negeri kita, lalu informasi itu disebar ke seluruh Tanah Air yang dimonitor para nelayan lewat hape satelit berfitur GPS yang dibagikan ke mereka! Dengan demikian para nelayan kita juga bisa ke laut memanen ikan, tak lagi berspekulasi asal pergi ke tengah laut!"

"Dananya dari mana?" timpal Amir. "Perlu ratusan miliar seperti sistem komunikasi yang dibangun PT Masaro (Anggoro Widjojo) untuk Departemen Kehutanan memantau rehabilitasi hutan yang jadi kasus cicak lawan buaya!"

"Tentu saja dana dari anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan!" tegas Umar.

"Daripada membeli kapal pesiar mewah Lagoon 500 belasan miliar rupiah, dana itu cukup untuk membangun pusat komunikasi satelit pemantau posisi ikan! Lantas, jaringan hape satelit untuk para nelayan memonitor sebaran informasinya, bisa dari APBD I dan II! Untuk tahap pertama, di Lampung mungkin dana sebesar yang dipakai rombongan DPRD dan pejabat pemda studi banding ke Hong Kong sudah memadai!"

"Soal alokasi anggaran tergantung prioritas di benak para pejabat eksekutif dan legislatif!" ujar Amir. "Kalau prioritas di benak mereka pelesiran, dengan kapal pesiar mewah atau ke Hong Kong dan Macau, ke situlah prioritas alokasi anggaran! Lain hal kalau isi benaknya usaha meningkatkan taraf hidup nelayan dan reka daya maksimalisasi eksplorasi kekayaan laut kita, kerja sama pusat dan daerah membangun sistem komunikasi satelit perikanan laut dan nelayan pasti diprioritaskan!"

"Kalau cara berpikir para pejabat eksekutif dan legislatif kita begitu terus, kekayaan laut kita cuma dinikmati pencuri ikan dari negeri lain!" tegas Umar.

"Sedang nelayan kita, dengan lubuk-lubuk ikannya dikuras nelayan asing, semakin sulit mencari ikan dan hasil tangkapannya makin sedikit, hidupnya juga kian sengsara! Saat cuaca buruk gelombang laut lima meter pun mereka memaksa diri melaut mempertaruhkan nyawa, justru agar keluarganya bisa bertahan hidup!" n
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Defensif, 100 Hari SBY-Boediono!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Defensif, 100 Hari SBY-Boediono!, gimana tanggapan anda? ""KESAN umum 100 hari pemerintahan SBY-Boediono, cenderung defensifnya Presiden setiap tampil di televisi, baik saat bicara langsung maupun dalam tayangan berita!" ujar Umar. "Di balik itu terkesan pula, SBY-Boediono terjebak dalam polemik kontroversial, sejak isu cicak lawan buaya sampai skandal Bank Century! Soal ini tak sepele, karena menyita perhatian publik, jebakan itu mendominasi arus informasi sehingga kinerja 100 hari kabinet luput dari perhatian rakyat!"

"Apalagi penonton televisi terjebak siaran rapat pansus Bank Century dan tayangan tetap lain!" timpal Amir. "Kinerja kabinet jadi minus jam tayang!"

"Tayangan tetap lain apa pula?" potong Umar."


"Tayangan tetap hari ke hari, berita penggusuran pedagang kaki lima di seantero negeri dengan cara keras, tak kenal ampun! Jeritan pilu ibu-ibu pedagang menyayat, menyatakan yang diubrak-abrik itu tumpuan hidup keluarga, tapi pelaksana perintah penguasa yang menggilasnya tak mau mengerti!" jelas Amir. "Frekuensi dan kerasnya penggusuran itu terlihat peningkatannya! Tak bisa dielakkan kalau rakyat yang menghadapi nasib malang itu beranggapan tindakan itu dikebut demi kinerja 100 hari pemerintah! Rakyat jelata tahunya pemerintah itu satu, dari pusat sampai desa, dari Sabang sampai Merauke!"

"Lantas, pertanda apa itu terkait 100 hari SBY-Boediono dan kabinetnya?" kata Umar.

"Pertanda 100 hari pertama lebih diutamakan untuk defensif dari isu di tingkat atas, hingga lupa mengontrol birokrasi pemerintah bawahan yang lagi asyik mengubrak-abrik kehidupan rakyat jelata, pendukungnya dalam pilpres!" tegas Amir. "Dan itu terjadi karena dalam 100 hari ini SBY terlalu sensitif terhadap isu-isu di atas, tampak tak sebanding sensitifnya pada nasib rakyat kecil korban penggusuran!"

"Dengan begitu jadi lebih mudah perbaikan langkah yang harus dilakukan ke depan!" sambut Umar. "Yakni, mengurangi sensitivitas terhadap isu level atas, dengan mengalihkan kesensitifan ke lapisan terbawah, nasib rakyat jelata yang sedang teraniaya, terutama pedagang kaki lima!"

"Kalau bisa begitu, alangkah baiknya!" tegas Amir. "Tapi kemungkinannya kecil sekali!"

"Kenapa kau begitu pesimistis?" kejar Umar.

"Karena SBY lebih sensitif pada hasil-hasil survei tentang popularitasnya!" jawab Amir. "Padahal, kebanyakan survei itu dilakukan lewat telepon rumah warga kota besar, hingga orientasinya pun lebih diutamakan pada kepentingan lapisan masyarakat kota besar yang punya telepon di rumah, agar tampilan popularitasnya selalu terjaga baik di media massa!"

"Tapi berbagai survei menunjukkan popularitas SBY cenderung terus menurun!" tukas Umar.

"Justru itu, usaha defensif harus lebih gigih agar penurunannya tak bablas!" timpal Amir. "Malang nian nasib jelata, seperti pedagang kaki lima, tak jadi bagian dalam kedefensifan SBY-Boediono!""
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Jangan Kriminalisasi Kebijakan!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Jangan Kriminalisasi Kebijakan!, gimana tanggapan anda? "PRESIDEN SBY meminta kebijakan pejabat negara dalam menjalankan tugasnya tak dikriminalisasi!" ujar Umar. "Hal itu ia sampaikan terkait langkah pemerintah dan Bank Indonesia (BI) mem-bailout Bank Century untuk menyelamatkan ekonomi saat itu dari ancaman krisis!" (Kompas, 25-1)

"Tak boleh dilewatkan kutipan langsung ucapan Presiden, 'Pesan saya adalah kebijakan tidak boleh dipidanakan, tetapi kalau ada sisi-sisi lain dari kebijakan itu yang keluar dari yang seharusnya, ada penyimpangan, ya penyimpangannya itu yang bisa diperkarakan, bukan kebijakan, bukan beleid'," sambut Amir."


"Ia berharap tak terjadi politisasi berlebihan atas kasus Bank Century. Kasus itu perlu diletakkan dalam konteks yang benar dan dilihat secara jernih, sesuai ketentuan konstitusi dan undang-undang. Bahaya kalau keluar dari konteksnya, keluar dari koridor, kemudian ada kepentingan-kepentingan lain!"

"Pernyataan Presiden itu tak terlepas dari proses di Pansus Hak Angket DPR, yang melaksanakan tugas konstitusional DPR menguji kebijakan KSSK (Menteri Keuangan dan Gubernur BI) pada bailout Bank Century! Ini jelas proses politik!" tegas Umar. "Proses pidananya ditangani KPK, menelusuri sisi-sisi lain kebijakan itu, mencari 'penyimpangan' seperti dimaksud Presiden! Kemungkinan itu tidak tertutup. Berdasar hasil audit BPK, ada dana Rp2,8 triliun yang dikucurkan tanpa dasar hukum!"

"Sampai sejauh itu, tak ada kontroversi antara pernyataan Presiden dan proses di Pansus Hak Angket DPR maupun KPK!" timpal Amir. "Soal kekhawatiran yang membersit dari pernyataan Presiden, sama dengan yang dirasakan rakyat penonton siaran langsung rapat-rapat Pansus Hak Angket DPR di televisi! Itu akibat tampak terlalu ngototnya anggota Pansus 'menginterogasi' tokoh yang mereka undang, mengesankan seolah ada agenda tersembunyi lebih jauh lewat medium Pansus! Apalagi ketika ada usaha melimpahkan tanggung jawab terakhir skandal Bank Century pada presiden! Ujung-ujungnya, karena hasil hak angket bisa digunakan sebagai dasar membuat pernyataan pendapat DPR, yang merupakan pintu masuk ke proses pemakzulan, maka kegelisahan hak angket dipolitisasi menuju pemakzulan tak mengada-ada! Meski, jalan untuk itu tak mudah!"

"Berarti pemakzulan lewat politisasi!" ujar Umar. "Kenapa Presiden minta jangan dikriminalisasi?"

"Pemakzulan juga bisa lewat kasus kriminal, seperti korupsi, selain politis pengkhianatan terhadap negara dan pelanggaran konstitusi!" jelas Amir. "Jadi, harus diantisipasi semua sisinya, karena pernyataan pendapat DPR yang bertolak dari hasil angket bisa saja mengacu ke dua sisi tersebut! Jika ada agenda tersembunyi ke arah itu, didukung tekanan people power--demo massa semua elemen mengepung istana--apa tak layak Presiden khawatir?"
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Demokrasi Mercon, Maling Senyum!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Demokrasi Mercon, Maling Senyum!, gimana tanggapan anda?
"ANALOG iklan bailout Bank Century seperti menolong rumah maling terbakar, akhir kerja Pansus membawa dua opsi ke voting di paripurna DPR--setuju bailout (ya) atau (tidak)--membuat malingnya tersenyum!" ujar Umar. "Maling yang membakar rumah sendiri untuk merampok triliunan dana nasabah, kagum pada penggantian dana yang dirampok dan rumah yang dibakar dengan uang rakyat Rp6,7 triliun, bisa diselesaikan dengan cara sederhana--pilihan ya atau tidak!"

"Itulah keistimewaan politisi kita!" sambut Amir. "Pansus yang dicadangi biaya Rp5 miliar itu pun menjadi seperti mercon, menghabiskan banyak biaya cuma demi kebisingan sejenak!"

"Demokrasi mercon!" tukas Umar. "Demokrasi yang cuma menghasilkan kebisingan sesaat, sedang nasib uang rakyat yang menjadi pokok masalahnya malah kian tak jelas juntrungannya!"


"Sisi itu mencerminkan pintarnya politisi kita!" timpal Amir. "Dana bailout Bank Century Rp6,7 triliun menjadi aset Bank Mutiara cuma Rp560-an miliar--kurang sepersepuluhnya--dinilai wajar saja sebagai ongkos menyelamatkan ekonomi dari krisis global! Padahal kenyataan sebenarnya, seperti dibuktikan pengadilan dalam kasus Robert Tantular (pemilik Bank Century), sesuai asumsi M. Jusuf Kalla yang memerintahkan polisi menangkap Robert Tantular, ambruk/gagal kliringnya Bank Century akibat dirampok para pemiliknya sendiri!"

"Tapi dengan penyederhanaan masalah pada akhir kerja Pansus Hak Angket Skandal Bank Century, semua kebenaran yang terungkap dari para saksi dan para ahli di rapat Pansus Hak Angket tak berguna lagi! Semua kebenaran itu lenyap ditelan praktek demokrasi tirani mayoritas!" tukas Umar. "Disebut tirani, karena kebenaran bukan ditentukan oleh fakta-fakta dari proses persidangan terbuka (baik rapat Pansus DPR maupun sidang pengadilan kasus Robert Tantular), melainkan lebih ditentukan oleh suara mayoritas dalam voting di DPR! Dengan demikian kebenaran produk tirani mayoritas tidak terjamin sebagai kebenaran berdasar moral (baik moral hukum berdasar pengadilan maupun moral lain-lainnya berdasar fakta di rapat terbuka Pansus), tapi cuma kebenaran berdasar kekuasaan yang secara de facto berada di tangan mayoritas!"

"Namun, suara mayoritas di parlemen dalam demokrasi mercon, di mana pilihan sikap anggota DPR tak sepenuhnya mencerminkan aspirasi rakyat yang diwakilinya, tapi lebih mewakili kepentingan penguasa atau partainya, yang sesungguhnya terjadi bukan tirani mayoritas, melainkan tirani minoritas oleh segelintir elite penguasa dan partai!" timpal Amir. "Demikianlah demokrasi mercon, membuat maling tersenyum gembira karena kerusakan akibat kejahatannya direhabilitasi oleh sistem politik, sedang rakyat mayoritas yang uangnya dijarah cuma bisa mengurut dada menahan getirnya nasib!" n
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

ATM Bobol, Akhir Era Pita Magnetis!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang ATM Bobol, Akhir Era Pita Magnetis!, gimana tanggapan anda? SEORANG house keeper--pekerja kebersihan kamar hotel--ke ATM. Ia masukkan nomor PIN-nya tapi transaksi ditolak! Ia keluarkan kartu dan terbelalak, yang ia masukkan tadi bukan kartu ATM, tapi master key--kunci induk kamar hotel--yang bisa digunakan membuka semua pintu kamar lantai tempat tugasnya!

"Kartu kunci kamar hotel mudah dibuat dan diperbarui setiap minggu, kalau seri pita magnetis kartu ATM bocor keluar lalu dikloning, bisa buat membobol ATM!" ujar karyawan pada temannya.


"Itu yang terjadi sekarang!" timpal teman. "Suatu sindikat membobol enam bank papan atas di Bali dan Jakarta! Di Bali dalam empat hari bobol Rp4,1 miliar! Di Jakarta belum diketahui pastinya, kata Kabareskrim Polri Komjen Ito Sumardi, kemarin dilaporkan masih terjadi, satu nasabah kehilangan Rp70 juta! Diberitakan televisi, penarikannya di sejumlah ATM terjadi hanya berselang 20 detik! Kartunya dikloning jadi beberapa buah, lalu ditarik beriringan di sejumlah ATM dalam hitungan detik!"

"Gawat!" entak karyawan. "Kulihat, bahan kartu dan pita magnetis ATM dan kartu kunci hotel tak jauh beda! Berarti, blangkonya dijual di pasar!"

"Bukan hanya bahan kartu magnetis yang dijual bebas!" timpal teman. "Skimmer--alat pembuat, pengopi, dan pengganda kartu magnetis juga dijual bebas dalam segala bentuk dan ukuran! Salah satunya berbentuk mulut ATM, tempat colokan kartu di ATM! Kata ahli forensik IT, skimmer model itulah yang digunakan untuk membobol bank kali ini! Kata sang ahli, membuka dan memasang skimmer perekam transaksi di ATM, cuma tiga sampai lima menit!"

"Dari rekaman transaksi pada skimmer itu mereka dapat nomor kartu dan PIN?" kejar karyawan.

"Begitu kata ahli forensik!" jawab teman. "Data skimmer diurai ke komputer untuk digandakan"

"Berarti ATM berpita magnetis tak lagi terjamin 100 persen keamanannya!" tukas karyawan.

"Soal itu orang bank sudah tahu!" tegas teman. "Sebab, di Eropa 1 Januari 2010 menjadi era akhir pita magnetis! Kartu kredit dengan pita magnetis tidak laku lagi! Yang berlaku pakai cip--peranti sebesar kancing baju, dipasang terpadu saat pencetakan kartu kredit!"

"Berarti seluruh perangkat terkaitnya di Eropa sudah siap, mulai dari ATM dan alat transaksi di merchant yang melayani pengguna kartu kredit!" sela karyawan.

"Faktor perangkat pelayanan cip itulah kendala di negeri kita!" tegas teman. "Meski semua kartu kredit sudah pakai cip, agar kalau dibawa ke luar negeri bisa digunakan, tapi tetap dipasangi pita magnetis untuk transaksi di dalam negeri! Bahkan untuk kartu ATM (debet card) di negeri kita, nyaris semua bank belum memasangi cip!"

"Pantas sindikat internasional pembobol ATM beraksi di Indonesia, teknologinya ketinggalan zaman!" tukas karyawan. "Menjadi tugas bank secepatnya memperbarui alat-alat transaksinya, agar nasabah tak cemas rekeningnya bobol!"
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Get Free eXcellent BACKLINK

eXcellent BACKLINK
Everybody knows how important backlink, and we offer for backlink exchange to increase your site traffic and pagerank. Submit your site here, for free and permanent. Hurry, before it become pay submission.

Link farm? No, we combine your backlink with related topic article, so google will recognize your link as deeplink, which that is a good backlink.

'Cluster', Republik Indonesia Idaman!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang 'Cluster', Republik Indonesia Idaman!, gimana tanggapan anda? KAKEK dari kota kecil mengunjungi cucunya di kota besar. Di gerbang cluster, taksinya tak boleh masuk. Satpam menanya mau bertamu ke rumah siapa, nomor berapa, kakek sebagai apanya. Usai dicek dan dapat izin dari pemilik rumah, barulah satpam membuka gerbang .

"Baru tahu Kakek, cucunya hebat!" ujar cucu nyombong. "Mau bertamu ke rumahnya saja harus diproses satpam baru bisa masuk!"


"Betul!" sambut kakek. "Orang kota besar banyak akal! Karena rumahnya dalam gang, mulut gangnya dari jalan besar dipasang gerbang dan dijaga satpam, diberi nama modern--dulu Gang Nenas, diubah jadi Cluster Pineaple!"

"Kakek sok tau!" tukas cucu. "Ini perumahan real estate, cluster-nya didesain sejak awal!"

"Begitulah pintarnya real estate!" timpal kakek. "Karena rumah dalam gang harganya rendah, dibuat cluster yang dijaga satpam, harganya jadi lebih mahal karena keamanan terjamin!"

"Bukan cuma itu, Kek! Gengsi cluster lebih tinggi! Mengajukan kartu kredit platinum, kalau alamat tinggal di gang, tak diberi! Kalau cluster, lancar!" jelas cucu.

"Bahkan, cluster inilah Republik Indonesia idaman, suatu wilayah negeri yang tak kenal pengemis, pengamen, fakir-miskin dan anak telantar! Selain dalam cluster tak ada yang tinggal, melintas saja mereka tak pernah!"

"Jelas kalian tak kenal kaum duafa itu, karena baru dekat gerbang saja sudah dihardik dan diusir satpam!" entak kakek. "Itu justru menunjukkan kalian terlalu eksklusif, tertutup dari mayoritas warga sebangsa yang hidup serbakekurangan! Akibatnya, kalian tak kenal amanat penderitaan rakyat, rasa senasib dan sepenanggungan sebagai sebuah bangsa!"

"Semua itu cuma klise, Kek!" jawab cucu. "Malah orang yang bicaranya mengumbar klise itu cuma sebagai topeng dari perbuatan mencundangi hak-hak mayoritas rakyat yang menderita! Masih mendingan kami warga cluster ini, meski terkesan kurang perhatian pada kaum duafa, kami tidak merongrong hak-hak rakyat jelata!"

Kakek terkesiap! "Tampaknya hal itu yang kurang kami sadari, warga luar cluster!" tukasnya. "Jika bisa diciptakan suatu masyarakat yang benar-benar bersih dari perongrong hak-hak rakyat jelata, negeri kita lebih mungkin untuk lebih cepat menjadi republik idaman!"

"Maka itu, justru untuk mengentaskan warga dari kemiskinan, perlu dibuat sistem cluster, program menangani kemiskinan dengan area terbatas yang kecil-kecil, memadukan usaha pemerintah dan warga masyarakat setempat!" tegas cucu. "Jika tidak di-cluster dengan batasan area tugas yang ketat, sukar dilihat hasilnya! Dengan sistem kelompok terbatas masyarakat, misalnya lewat koordinasi baitulmal setiap masjid, garapannya diharapkan bisa lebih efektif! Gambaran republik idaman bisa lebih terbayang jelas!"
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.