Nelayan Kita ke Laut Memanen Ikan!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Nelayan Kita ke Laut Memanen Ikan!, gimana tanggapan anda?
"ANEH! Nelayan asing mencuri ikan kita bisa hit and run, beberapa kapal mendatangi satu titik dengan gerak cepat memenuhi palka berkapasitas 500 ton atau lebih, lalu lari!" ujar Umar. "Sedang nelayan kita sampai habis bekalnya melaut--bahan bakar kapal dan perutnya--beberapa ember plastik es yang dibawa jarang dipenuhi ikan!"

"Kapal pencuri ikan hit and run itu dibantu sistem komunikasi satelit juragannya yang memastikan koordinat ikan berkumpul, lalu dengan fitur GPS--geo position satellite yang bisa di-setting di hape--mereka langsung menuju tempat memanen ikan!" sambut Amir. "Para juragan nelayan kita belum berpikir sejauh itu, apalagi nelayan perorangan!"


"Bukan juragan atau nelayan perorangan yang harus memikirkan itu! Tapi negara, Kementerian Kelautan dan Perikanan!" tegas Umar. "Bangun pusat pemantau satelit untuk mengetahui koordinat ikan di perairan seantero negeri kita, lalu informasi itu disebar ke seluruh Tanah Air yang dimonitor para nelayan lewat hape satelit berfitur GPS yang dibagikan ke mereka! Dengan demikian para nelayan kita juga bisa ke laut memanen ikan, tak lagi berspekulasi asal pergi ke tengah laut!"

"Dananya dari mana?" timpal Amir. "Perlu ratusan miliar seperti sistem komunikasi yang dibangun PT Masaro (Anggoro Widjojo) untuk Departemen Kehutanan memantau rehabilitasi hutan yang jadi kasus cicak lawan buaya!"

"Tentu saja dana dari anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan!" tegas Umar.

"Daripada membeli kapal pesiar mewah Lagoon 500 belasan miliar rupiah, dana itu cukup untuk membangun pusat komunikasi satelit pemantau posisi ikan! Lantas, jaringan hape satelit untuk para nelayan memonitor sebaran informasinya, bisa dari APBD I dan II! Untuk tahap pertama, di Lampung mungkin dana sebesar yang dipakai rombongan DPRD dan pejabat pemda studi banding ke Hong Kong sudah memadai!"

"Soal alokasi anggaran tergantung prioritas di benak para pejabat eksekutif dan legislatif!" ujar Amir. "Kalau prioritas di benak mereka pelesiran, dengan kapal pesiar mewah atau ke Hong Kong dan Macau, ke situlah prioritas alokasi anggaran! Lain hal kalau isi benaknya usaha meningkatkan taraf hidup nelayan dan reka daya maksimalisasi eksplorasi kekayaan laut kita, kerja sama pusat dan daerah membangun sistem komunikasi satelit perikanan laut dan nelayan pasti diprioritaskan!"

"Kalau cara berpikir para pejabat eksekutif dan legislatif kita begitu terus, kekayaan laut kita cuma dinikmati pencuri ikan dari negeri lain!" tegas Umar.

"Sedang nelayan kita, dengan lubuk-lubuk ikannya dikuras nelayan asing, semakin sulit mencari ikan dan hasil tangkapannya makin sedikit, hidupnya juga kian sengsara! Saat cuaca buruk gelombang laut lima meter pun mereka memaksa diri melaut mempertaruhkan nyawa, justru agar keluarganya bisa bertahan hidup!" n
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Defensif, 100 Hari SBY-Boediono!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Defensif, 100 Hari SBY-Boediono!, gimana tanggapan anda? ""KESAN umum 100 hari pemerintahan SBY-Boediono, cenderung defensifnya Presiden setiap tampil di televisi, baik saat bicara langsung maupun dalam tayangan berita!" ujar Umar. "Di balik itu terkesan pula, SBY-Boediono terjebak dalam polemik kontroversial, sejak isu cicak lawan buaya sampai skandal Bank Century! Soal ini tak sepele, karena menyita perhatian publik, jebakan itu mendominasi arus informasi sehingga kinerja 100 hari kabinet luput dari perhatian rakyat!"

"Apalagi penonton televisi terjebak siaran rapat pansus Bank Century dan tayangan tetap lain!" timpal Amir. "Kinerja kabinet jadi minus jam tayang!"

"Tayangan tetap lain apa pula?" potong Umar."


"Tayangan tetap hari ke hari, berita penggusuran pedagang kaki lima di seantero negeri dengan cara keras, tak kenal ampun! Jeritan pilu ibu-ibu pedagang menyayat, menyatakan yang diubrak-abrik itu tumpuan hidup keluarga, tapi pelaksana perintah penguasa yang menggilasnya tak mau mengerti!" jelas Amir. "Frekuensi dan kerasnya penggusuran itu terlihat peningkatannya! Tak bisa dielakkan kalau rakyat yang menghadapi nasib malang itu beranggapan tindakan itu dikebut demi kinerja 100 hari pemerintah! Rakyat jelata tahunya pemerintah itu satu, dari pusat sampai desa, dari Sabang sampai Merauke!"

"Lantas, pertanda apa itu terkait 100 hari SBY-Boediono dan kabinetnya?" kata Umar.

"Pertanda 100 hari pertama lebih diutamakan untuk defensif dari isu di tingkat atas, hingga lupa mengontrol birokrasi pemerintah bawahan yang lagi asyik mengubrak-abrik kehidupan rakyat jelata, pendukungnya dalam pilpres!" tegas Amir. "Dan itu terjadi karena dalam 100 hari ini SBY terlalu sensitif terhadap isu-isu di atas, tampak tak sebanding sensitifnya pada nasib rakyat kecil korban penggusuran!"

"Dengan begitu jadi lebih mudah perbaikan langkah yang harus dilakukan ke depan!" sambut Umar. "Yakni, mengurangi sensitivitas terhadap isu level atas, dengan mengalihkan kesensitifan ke lapisan terbawah, nasib rakyat jelata yang sedang teraniaya, terutama pedagang kaki lima!"

"Kalau bisa begitu, alangkah baiknya!" tegas Amir. "Tapi kemungkinannya kecil sekali!"

"Kenapa kau begitu pesimistis?" kejar Umar.

"Karena SBY lebih sensitif pada hasil-hasil survei tentang popularitasnya!" jawab Amir. "Padahal, kebanyakan survei itu dilakukan lewat telepon rumah warga kota besar, hingga orientasinya pun lebih diutamakan pada kepentingan lapisan masyarakat kota besar yang punya telepon di rumah, agar tampilan popularitasnya selalu terjaga baik di media massa!"

"Tapi berbagai survei menunjukkan popularitas SBY cenderung terus menurun!" tukas Umar.

"Justru itu, usaha defensif harus lebih gigih agar penurunannya tak bablas!" timpal Amir. "Malang nian nasib jelata, seperti pedagang kaki lima, tak jadi bagian dalam kedefensifan SBY-Boediono!""
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Jangan Kriminalisasi Kebijakan!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Jangan Kriminalisasi Kebijakan!, gimana tanggapan anda? "PRESIDEN SBY meminta kebijakan pejabat negara dalam menjalankan tugasnya tak dikriminalisasi!" ujar Umar. "Hal itu ia sampaikan terkait langkah pemerintah dan Bank Indonesia (BI) mem-bailout Bank Century untuk menyelamatkan ekonomi saat itu dari ancaman krisis!" (Kompas, 25-1)

"Tak boleh dilewatkan kutipan langsung ucapan Presiden, 'Pesan saya adalah kebijakan tidak boleh dipidanakan, tetapi kalau ada sisi-sisi lain dari kebijakan itu yang keluar dari yang seharusnya, ada penyimpangan, ya penyimpangannya itu yang bisa diperkarakan, bukan kebijakan, bukan beleid'," sambut Amir."


"Ia berharap tak terjadi politisasi berlebihan atas kasus Bank Century. Kasus itu perlu diletakkan dalam konteks yang benar dan dilihat secara jernih, sesuai ketentuan konstitusi dan undang-undang. Bahaya kalau keluar dari konteksnya, keluar dari koridor, kemudian ada kepentingan-kepentingan lain!"

"Pernyataan Presiden itu tak terlepas dari proses di Pansus Hak Angket DPR, yang melaksanakan tugas konstitusional DPR menguji kebijakan KSSK (Menteri Keuangan dan Gubernur BI) pada bailout Bank Century! Ini jelas proses politik!" tegas Umar. "Proses pidananya ditangani KPK, menelusuri sisi-sisi lain kebijakan itu, mencari 'penyimpangan' seperti dimaksud Presiden! Kemungkinan itu tidak tertutup. Berdasar hasil audit BPK, ada dana Rp2,8 triliun yang dikucurkan tanpa dasar hukum!"

"Sampai sejauh itu, tak ada kontroversi antara pernyataan Presiden dan proses di Pansus Hak Angket DPR maupun KPK!" timpal Amir. "Soal kekhawatiran yang membersit dari pernyataan Presiden, sama dengan yang dirasakan rakyat penonton siaran langsung rapat-rapat Pansus Hak Angket DPR di televisi! Itu akibat tampak terlalu ngototnya anggota Pansus 'menginterogasi' tokoh yang mereka undang, mengesankan seolah ada agenda tersembunyi lebih jauh lewat medium Pansus! Apalagi ketika ada usaha melimpahkan tanggung jawab terakhir skandal Bank Century pada presiden! Ujung-ujungnya, karena hasil hak angket bisa digunakan sebagai dasar membuat pernyataan pendapat DPR, yang merupakan pintu masuk ke proses pemakzulan, maka kegelisahan hak angket dipolitisasi menuju pemakzulan tak mengada-ada! Meski, jalan untuk itu tak mudah!"

"Berarti pemakzulan lewat politisasi!" ujar Umar. "Kenapa Presiden minta jangan dikriminalisasi?"

"Pemakzulan juga bisa lewat kasus kriminal, seperti korupsi, selain politis pengkhianatan terhadap negara dan pelanggaran konstitusi!" jelas Amir. "Jadi, harus diantisipasi semua sisinya, karena pernyataan pendapat DPR yang bertolak dari hasil angket bisa saja mengacu ke dua sisi tersebut! Jika ada agenda tersembunyi ke arah itu, didukung tekanan people power--demo massa semua elemen mengepung istana--apa tak layak Presiden khawatir?"
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Demokrasi Mercon, Maling Senyum!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Demokrasi Mercon, Maling Senyum!, gimana tanggapan anda?
"ANALOG iklan bailout Bank Century seperti menolong rumah maling terbakar, akhir kerja Pansus membawa dua opsi ke voting di paripurna DPR--setuju bailout (ya) atau (tidak)--membuat malingnya tersenyum!" ujar Umar. "Maling yang membakar rumah sendiri untuk merampok triliunan dana nasabah, kagum pada penggantian dana yang dirampok dan rumah yang dibakar dengan uang rakyat Rp6,7 triliun, bisa diselesaikan dengan cara sederhana--pilihan ya atau tidak!"

"Itulah keistimewaan politisi kita!" sambut Amir. "Pansus yang dicadangi biaya Rp5 miliar itu pun menjadi seperti mercon, menghabiskan banyak biaya cuma demi kebisingan sejenak!"

"Demokrasi mercon!" tukas Umar. "Demokrasi yang cuma menghasilkan kebisingan sesaat, sedang nasib uang rakyat yang menjadi pokok masalahnya malah kian tak jelas juntrungannya!"


"Sisi itu mencerminkan pintarnya politisi kita!" timpal Amir. "Dana bailout Bank Century Rp6,7 triliun menjadi aset Bank Mutiara cuma Rp560-an miliar--kurang sepersepuluhnya--dinilai wajar saja sebagai ongkos menyelamatkan ekonomi dari krisis global! Padahal kenyataan sebenarnya, seperti dibuktikan pengadilan dalam kasus Robert Tantular (pemilik Bank Century), sesuai asumsi M. Jusuf Kalla yang memerintahkan polisi menangkap Robert Tantular, ambruk/gagal kliringnya Bank Century akibat dirampok para pemiliknya sendiri!"

"Tapi dengan penyederhanaan masalah pada akhir kerja Pansus Hak Angket Skandal Bank Century, semua kebenaran yang terungkap dari para saksi dan para ahli di rapat Pansus Hak Angket tak berguna lagi! Semua kebenaran itu lenyap ditelan praktek demokrasi tirani mayoritas!" tukas Umar. "Disebut tirani, karena kebenaran bukan ditentukan oleh fakta-fakta dari proses persidangan terbuka (baik rapat Pansus DPR maupun sidang pengadilan kasus Robert Tantular), melainkan lebih ditentukan oleh suara mayoritas dalam voting di DPR! Dengan demikian kebenaran produk tirani mayoritas tidak terjamin sebagai kebenaran berdasar moral (baik moral hukum berdasar pengadilan maupun moral lain-lainnya berdasar fakta di rapat terbuka Pansus), tapi cuma kebenaran berdasar kekuasaan yang secara de facto berada di tangan mayoritas!"

"Namun, suara mayoritas di parlemen dalam demokrasi mercon, di mana pilihan sikap anggota DPR tak sepenuhnya mencerminkan aspirasi rakyat yang diwakilinya, tapi lebih mewakili kepentingan penguasa atau partainya, yang sesungguhnya terjadi bukan tirani mayoritas, melainkan tirani minoritas oleh segelintir elite penguasa dan partai!" timpal Amir. "Demikianlah demokrasi mercon, membuat maling tersenyum gembira karena kerusakan akibat kejahatannya direhabilitasi oleh sistem politik, sedang rakyat mayoritas yang uangnya dijarah cuma bisa mengurut dada menahan getirnya nasib!" n
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

ATM Bobol, Akhir Era Pita Magnetis!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang ATM Bobol, Akhir Era Pita Magnetis!, gimana tanggapan anda? SEORANG house keeper--pekerja kebersihan kamar hotel--ke ATM. Ia masukkan nomor PIN-nya tapi transaksi ditolak! Ia keluarkan kartu dan terbelalak, yang ia masukkan tadi bukan kartu ATM, tapi master key--kunci induk kamar hotel--yang bisa digunakan membuka semua pintu kamar lantai tempat tugasnya!

"Kartu kunci kamar hotel mudah dibuat dan diperbarui setiap minggu, kalau seri pita magnetis kartu ATM bocor keluar lalu dikloning, bisa buat membobol ATM!" ujar karyawan pada temannya.


"Itu yang terjadi sekarang!" timpal teman. "Suatu sindikat membobol enam bank papan atas di Bali dan Jakarta! Di Bali dalam empat hari bobol Rp4,1 miliar! Di Jakarta belum diketahui pastinya, kata Kabareskrim Polri Komjen Ito Sumardi, kemarin dilaporkan masih terjadi, satu nasabah kehilangan Rp70 juta! Diberitakan televisi, penarikannya di sejumlah ATM terjadi hanya berselang 20 detik! Kartunya dikloning jadi beberapa buah, lalu ditarik beriringan di sejumlah ATM dalam hitungan detik!"

"Gawat!" entak karyawan. "Kulihat, bahan kartu dan pita magnetis ATM dan kartu kunci hotel tak jauh beda! Berarti, blangkonya dijual di pasar!"

"Bukan hanya bahan kartu magnetis yang dijual bebas!" timpal teman. "Skimmer--alat pembuat, pengopi, dan pengganda kartu magnetis juga dijual bebas dalam segala bentuk dan ukuran! Salah satunya berbentuk mulut ATM, tempat colokan kartu di ATM! Kata ahli forensik IT, skimmer model itulah yang digunakan untuk membobol bank kali ini! Kata sang ahli, membuka dan memasang skimmer perekam transaksi di ATM, cuma tiga sampai lima menit!"

"Dari rekaman transaksi pada skimmer itu mereka dapat nomor kartu dan PIN?" kejar karyawan.

"Begitu kata ahli forensik!" jawab teman. "Data skimmer diurai ke komputer untuk digandakan"

"Berarti ATM berpita magnetis tak lagi terjamin 100 persen keamanannya!" tukas karyawan.

"Soal itu orang bank sudah tahu!" tegas teman. "Sebab, di Eropa 1 Januari 2010 menjadi era akhir pita magnetis! Kartu kredit dengan pita magnetis tidak laku lagi! Yang berlaku pakai cip--peranti sebesar kancing baju, dipasang terpadu saat pencetakan kartu kredit!"

"Berarti seluruh perangkat terkaitnya di Eropa sudah siap, mulai dari ATM dan alat transaksi di merchant yang melayani pengguna kartu kredit!" sela karyawan.

"Faktor perangkat pelayanan cip itulah kendala di negeri kita!" tegas teman. "Meski semua kartu kredit sudah pakai cip, agar kalau dibawa ke luar negeri bisa digunakan, tapi tetap dipasangi pita magnetis untuk transaksi di dalam negeri! Bahkan untuk kartu ATM (debet card) di negeri kita, nyaris semua bank belum memasangi cip!"

"Pantas sindikat internasional pembobol ATM beraksi di Indonesia, teknologinya ketinggalan zaman!" tukas karyawan. "Menjadi tugas bank secepatnya memperbarui alat-alat transaksinya, agar nasabah tak cemas rekeningnya bobol!"
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Get Free eXcellent BACKLINK

eXcellent BACKLINK
Everybody knows how important backlink, and we offer for backlink exchange to increase your site traffic and pagerank. Submit your site here, for free and permanent. Hurry, before it become pay submission.

Link farm? No, we combine your backlink with related topic article, so google will recognize your link as deeplink, which that is a good backlink.

'Cluster', Republik Indonesia Idaman!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang 'Cluster', Republik Indonesia Idaman!, gimana tanggapan anda? KAKEK dari kota kecil mengunjungi cucunya di kota besar. Di gerbang cluster, taksinya tak boleh masuk. Satpam menanya mau bertamu ke rumah siapa, nomor berapa, kakek sebagai apanya. Usai dicek dan dapat izin dari pemilik rumah, barulah satpam membuka gerbang .

"Baru tahu Kakek, cucunya hebat!" ujar cucu nyombong. "Mau bertamu ke rumahnya saja harus diproses satpam baru bisa masuk!"


"Betul!" sambut kakek. "Orang kota besar banyak akal! Karena rumahnya dalam gang, mulut gangnya dari jalan besar dipasang gerbang dan dijaga satpam, diberi nama modern--dulu Gang Nenas, diubah jadi Cluster Pineaple!"

"Kakek sok tau!" tukas cucu. "Ini perumahan real estate, cluster-nya didesain sejak awal!"

"Begitulah pintarnya real estate!" timpal kakek. "Karena rumah dalam gang harganya rendah, dibuat cluster yang dijaga satpam, harganya jadi lebih mahal karena keamanan terjamin!"

"Bukan cuma itu, Kek! Gengsi cluster lebih tinggi! Mengajukan kartu kredit platinum, kalau alamat tinggal di gang, tak diberi! Kalau cluster, lancar!" jelas cucu.

"Bahkan, cluster inilah Republik Indonesia idaman, suatu wilayah negeri yang tak kenal pengemis, pengamen, fakir-miskin dan anak telantar! Selain dalam cluster tak ada yang tinggal, melintas saja mereka tak pernah!"

"Jelas kalian tak kenal kaum duafa itu, karena baru dekat gerbang saja sudah dihardik dan diusir satpam!" entak kakek. "Itu justru menunjukkan kalian terlalu eksklusif, tertutup dari mayoritas warga sebangsa yang hidup serbakekurangan! Akibatnya, kalian tak kenal amanat penderitaan rakyat, rasa senasib dan sepenanggungan sebagai sebuah bangsa!"

"Semua itu cuma klise, Kek!" jawab cucu. "Malah orang yang bicaranya mengumbar klise itu cuma sebagai topeng dari perbuatan mencundangi hak-hak mayoritas rakyat yang menderita! Masih mendingan kami warga cluster ini, meski terkesan kurang perhatian pada kaum duafa, kami tidak merongrong hak-hak rakyat jelata!"

Kakek terkesiap! "Tampaknya hal itu yang kurang kami sadari, warga luar cluster!" tukasnya. "Jika bisa diciptakan suatu masyarakat yang benar-benar bersih dari perongrong hak-hak rakyat jelata, negeri kita lebih mungkin untuk lebih cepat menjadi republik idaman!"

"Maka itu, justru untuk mengentaskan warga dari kemiskinan, perlu dibuat sistem cluster, program menangani kemiskinan dengan area terbatas yang kecil-kecil, memadukan usaha pemerintah dan warga masyarakat setempat!" tegas cucu. "Jika tidak di-cluster dengan batasan area tugas yang ketat, sukar dilihat hasilnya! Dengan sistem kelompok terbatas masyarakat, misalnya lewat koordinasi baitulmal setiap masjid, garapannya diharapkan bisa lebih efektif! Gambaran republik idaman bisa lebih terbayang jelas!"
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Excel Auto Filter

Excel Auto Filter

Dalam software Microsoft Excel, terdapat satu fitur yang sangat berguna buat saya dalam mengolah database, namanya adalah Auto Filter. Dari namanya tentunya sudah kebayang bahwa fitur ini berguna untuk menjadi filter dalam menampilkan database. Dengan fitur Auto Filter ini, kita bisa memilih untuk menampilkan data sesuai filter yang kita tentukan sendiri, sehingga tidak perlu mencari masing-masing record. Auto Filter tidak mengubah isi database hanya membantu membuat filter dalam menampilkan database, ketika fitur ini sudah dinon-aktifkan, maka database akan kembali seperti semula.

Informasi lebih lengkap tentang Tutorial Software Excel diatas, silahkan lihat di situs ini:
Alamat Blog: http://jumabatu.blogspot.com

Arus Balik 'Trafficking' ke Lampung!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Arus Balik 'Trafficking' ke Lampung!, gimana tanggapan anda? "JIKA sebelumnya Lampung merupakan daerah asal korban trafficking--perdagangan manusia khususnya perempuan untuk dijadikan budak seks--seperti dialami seorang gadis yang berhasil meloloskan diri dari kawasan perbatasan Kalimantan Barat dan dikembalikan ke Way Kanan, kini terjadi arus baliknya, Lampung menjadi tujuan trafficking ¯!" ujar Umar. "Seorang gadis dusun dari Magelang, Jawa Tengah, yang dibius sepanjang perjalanan Yogya--Bandar Lampung, pekan lalu meloloskan diri melompat dari jendela hanya mengenakan pakaian dalam di kawasan Polsek Panjang!"

"Dramatis!" sambut Amir. "It, gadis asal Magelang yang cuma tamatan sekolah dasar itu, saat sadar dari biusan mendengar dirinya ditawarkan para penculik kepada germo! Mendengar itu, dengan sisa tenaga dari siksaan pembiusan dan tak diberi makan sepanjang perjalanan Yogya--Bandar Lampung, ia meloncat dari jendela untuk berjuang mempertahankan kesucian dirinya!"

"Ia berhasil mencapai perumahan warga yang memberinya kain penutup tubuhnya yang setengah telanjang, untuk dipakainya menuju kantor polisi!" tegas Umar. "Sayangnya, ia yang baru sadar dari bius dan pertama berada di suatu kawasan, tak ingat jalan ataupun rumah tempat ia dikurung, hingga polisi gagal meringkus orang yang membawanya dari Jawa ke Lampung! Di sisi lain, warga yang sempat menolongnya juga tidak proaktif memberi informasi kepada polisi, bisa jadi takut mengambil risiko pembalasan dari komplotan mafia trafficking !"

"Kedua peristiwa itu cuma puncak gunung es! Berarti, Lampung yang sebelumnya berstatus daerah kuning--tempat para korban trafficking berasal, kini berubah menjadi daerah merah atau core area --tempat kejahatan yang amat keji terhadap kemanusiaan itu dilakukan!" timpal Amir. "Untuk itu, kepolisian juga harus meningkatkan status operasinya dalam usaha mengatasinya, dari penangkalan saat yellow area, menjadi operasi pembasmian pada red atau core area ! Artinya, kepolisian harus menurunkan task forces ¯--satuan tugas reserse terbaiknya--ke core area ¯ untuk menyapu bersih seluruh jaringan mafia trafficking ¯! Ultimate goal ¯-nya, Lampung bersih total kembali menjadi green area ¯, berakhir realitasnya sebagai daerah asal korban, maupun sebagai red core®kejahatan terhadap kemanusiaan tersebut!"

"Tuntutan terhadap polisi agar menurunkan task forces ¯ itu mutlak, justru sebagai tantangan terhadap kemampuan polisi melakukan pengayoman pada masyarakat dalam arti luas!" tegas Umar. "Sebab, jika status core area ¯ itu tak langsung dihancurkan, bisa ditingkatkan menjadi base field ¯, Lampung menjadi pusat pengiriman 'barang jadi'--korban siap pakai--ke seantero dunia! Jika itu terjadi, peta Lampung menjadi berwarna hitam dalam dunia trafficking ¯!" n

Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Lampung Ekspor Bangsa ke Hong Kong!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Lampung Ekspor Bangsa ke Hong Kong!, gimana tanggapan anda? "APA ini, Ustaz?" seorang abang becak terbelalak membuka amplop pemberian kiai saat turun dari becaknya, melihat isinya lima ratus ribu rupiah. "Mungkin Ustaz salah cabut amplop dari saku!"

"Tidak! Tak ada yang salah!" jawab kiai tegas. "Itu saya terima dari panitia tablig, katanya sekadar untuk ongkos becak! Jadi, itu amanah yang harus disampaikan sepenuhnya kepada mustahaknya, tak boleh disunat sedikit pun!"
Abang becak turun mencium tangan sang kiai. "Kalau para pemimpin menjaga amanah seperti kiai, para anggota DPRD Lampung tak perlu ramai-ramai studi banding ke Hong Kong menghabiskan uang rakyat untuk memperlancar usaha ekspor bangsa ke negeri itu!" tukasnya.

"Sebab, jika setiap sen uang amanah dari negara untuk rakyat sampai kepada mustahaknya, hidup rakyat tak terlalu sengsara, tidak harus menjadi komoditas ekspor untuk mendapatkan devisa! Apalagi jika uang proyek dan program yang bertujuan akhir menciptakan lapangan kerja mencapai sasaran sepenuhnya, lapangan kerja tersedia di sekitar kita, tak perlu mencarinya ke negara lain!"

"Sabar! Jangan suuzan!" sambut kiai menepuk bahu abang becak. "Studi ke Hong Kong, sebagai bagian negeri China, pilihan bagus! Ada sunah menyatakan, tuntutlah ilmu walau ke China!"

"Tapi, Ustaz, apa tak lebih baik usaha dipusatkan menciptakan lapangan kerja di negeri sendiri, karena syaratnya amat sederhana, para pemimpin bersikap amanah!" timpal abang becak.

"Tentunya karena sudah terbukti mereka tidak mampu menciptakan lapangan kerja di kampung sendiri, meski syaratnya sesederhana kau sebut, mereka menetapkan ekspor bangsa--mengirim warga kita mencari pekerjaan ke negara lain dengan harapan bisa mendatangkan devisa!" tutur kiai. "Lagi pula, ekspor Lampung tahun lalu sampai November turun 18,19%, nyaris seperlima! Jadi perlu kompensasi, ternyata yang paling gampang justru mengekspor rakyatnya!"

"Bukankah lebih baik meningkatkan ekspor lewat menaikkan produksi komoditasnya, kegiatan untuk itu sekaligus menciptakan lapangan kerja baru, tenaga kerjanya bisa ditampung sehingga tak perlu diekspor?" sela abang becak.

"Untuk meningkatkan produksi atau membuat produk ekspor baru perlu waktu!" tegas kiai.

"Jadi, yang selalu siap ekspor itu manusia, keadaannya juga sempurna berkat penciptaan Allah Yang Mahaagung! Belum lagi soal anggarannya! Untuk meningkatkan produksi atau membuat produksi baru perlu anggaran, yang penyalurannya belum tentu pula sesuai amanah hingga keberhasilannya tidak terjamin! Sedang manusia ciptaan Allah yang sempurna itu telah tersedia banyak, menciptanya tak perlu anggaran pula!"

"Apalagi kalau anggarannya kadung habis untuk
study tour ramai-ramai anggota DPRD!" entak abang becak. "Memang tak ada pilihan lain!" n
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Ngeri, 'Nonton' Akrobat Debus Politik!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Ngeri, 'Nonton' Akrobat Debus Politik!, gimana tanggapan anda? SAAT Temon dan Temin duduk di tepi jalan desa mengamati sapinya merumput, dua pengendara sepeda yang lewat turun. "Nderek langkung!" ujar salah seorang minta izin "numpang lewat" sambil membungkukkan tubuh, tangan kanan di setang sepeda, tangan kiri lurus ke bawah sampai hampir menyentuh tanah!

"Mungkin karena demikian santunnya kehidupan sehari-hari masyarakat kita, saya sering tak tahan dari rasa ngeri sehingga mematikan televisi saat anggota Pansus Skandal Bank Century di DPR menghardik dengan pertanyaan bernada keras pejabat tinggi negara yang mereka undang!" ujar Temon. "Setiap kali
nonton siaran langsung acara itu, saya masgul seperti menyaksikan itu di negeri yang etiket peradaban politiknya belum maju!"

"Aku bahkan pernah tersedak air yang kuminum saat pertanyaan anggota Pansus menghentak ke arah Boediono!" timpal Temin. "Masalahnya, dia diundang ke DPR--sebuah lembaga terhormat! Meski diundang sebagai mantan Gubernur BI, Boediono secara formal kan Wakil Presiden, dwitunggal pemimpin bangsa berstatus lambang negara! Sayang DPR-nya kan, kalau sampai berubah jadi sekadar ruang interogasi?"

"Agaknya karena mendapat panggung istimewa, disiarkan langsung televisi berhari-hari, para anggota Pansus unjuk kebolehan kepada publik dengan bermain akrobat debus politik! Debus, atraksi yang membuat penonton merasa ngeri!" tukas Temon. "Padahal, yang diinginkan rakyat bukan hardikan keras, tapi cara kerja yang efektif hingga produktif mencapai tujuan pembentukan Pansus! Sebaliknya dengan gaya keras, selain saat kena hardik orang langsung defensif, penonton bisa jadi kasihan melihat orang yang diperlakukan selayak pesakitan! Akibatnya, simpati penonton bisa berbalik pada sang pesakitan!"

"Simpati warga terhadap orang yang teraniaya bukan hal baru di negeri kita!" sambut Temin. "Kalau sampai hal itu terjadi, bukan saja kerja Pansus kontraproduktif, malah Pansus itu sendiri bisa beralih jadi kelompok antagonis di mata penonton!"

"Bila terjadi sejauh itu, orang yang semula diincar Pansus sebagai antagonis, malah berubah jadi protagonis--bahkan pahlawan!" ujar Temon. "Jangan diremehkan, gelagat ke sana ada, bukan mustahil! Sehingga, kalau para anggota Pansus tak menyadarinya karena asyik berakrobat debus politik, mereka bisa sampai ke
point of no return--titik tak ada jalan kembali--tugas Pansus mencari tokoh antagonis, yang ditemukan justru para pahlawan! Sedang yang akhirnya jadi antagonis justru mereka sendiri--akibat gagal menyingkap skandal Bank Century--hasilnya justru the golden way Bank Century!"

"Itu jika permainan akrobat debus politik terus berlanjut!" timpal Temin. "Akhir ngeri riwayat Pansus seperti itu tentu saja harus dihindari!" ***
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Jamur Kuping, Ciri Pesta Kaum Elite!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Jamur Kuping, Ciri Pesta Kaum Elite!, gimana tanggapan anda? GEMBIRA melihat apa yang tumbuh di batang kayu lapuk belakang rumah neneknya di desa, Tina--gadis kota--bersorak, "Jamur kuping!" Ia bergegas ke dapur mengambil kresek bekas bungkus oleh-oleh bawaannya dari kota.

"Cari apa bawa kantong plastik?" tanya nenek.

"Jamur kuping! Banyak di belakang!" jawab Tina. "Di Jakarta itu makanan mewah yang mahal, adanya cuma di supermarket besar! Kubuat tumis nanti Nenek cicipi, pasti nikmat!"

"Kau olah jadi apa pun, kalau jamur kuping nenek sudah mbelenger--bosan!" sambut neneknya. "Di sini, musim hujan tumbuh beraneka jamur!"

"Tapi di Jakarta, meski warnanya hitam, jamur kuping menjadi ciri pembeda pesta kaum elite dengan warga biasa!" jelas Tina. "Kalau yang pesta elite, dalam hidangan mihunnya selalu terdapat jamur kuping! Sebaliknya di pesta warga jelata!"

"Pantas elite kota besar kehabisan kuping!" tukas nenek. "Tak bisa mendengar keluhan, harapan, bahkan tuntutan mahasiswa atau rakyat jelata yang sedang menghadapi kesulitan!"

"Nenek bicara apa?" Tina tersentak.

"Setiap hari kulihat berita di televisi, mahasiswa atau rakyat jelata yang datang beramai-ramai untuk menyampaikan keluhan, harapan atau tuntutan kepada elite selalu diadang barisan polisi berseragam mirip astronaut dengan gebukan dan tameng di tangan!" jelas nenek. "Akibatnya, sering tak bisa dihindarkan terjadinya bentrokan polisi melawan rakyat, rakyat babak belur atau lari kocar-kacir menghindari gebukan

polisi! Pagar betis polisi dijadikan benteng pengadang hanya karena elite kehabisan kuping, tak bisa lagi mendengar jeritan hati nurani rakyat!"

"Kalau itu yang Nenek maksud, memang begitulah kenyataannya!" timpal Tina.

"Sedang pesta di tempat rakyat tak menyajikan jamur kuping, karena rakyat masih menggunakan kupingnya!" tegas nenek. "Terutama untuk mendengar janji-janji elite dalam kampanye pemilihan umum, baik untuk mendapatkan kekuasaan di tingkat pusat maupun daerah! Sebaliknya, elite enggan menggunakan kupingnya untuk mendengar keluhan, harapan, dan tuntutan rakyat hingga menggunakan polisi negara untuk membubarkan atau mengusir massa!"

"Sebenarnya, apa salahnya ya, kalau elite siap mendengarkan aspirasi rakyat, menemui setiap rombongan rakyat yang datang!" timpal Tina. "Tapi elitenya malah sembunyi, menyuruh polisi berantem dengan rakyat yang seharusnya mereka ayomi!"

"Elite tak berani bertemu rakyat secara langsung, selain karena janji-janji kampanye mereka cuma pepesan kosong, juga takut kalau privilese atau hak-hak istimewa mereka terusik!" tegas nenek. "Padahal, setiap kali rakyat datang berbondong-bondong karena hak-hak mereka dijarah atau ditilap oleh elite!" ***

Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Paduan Warna yang Bagus Dalam Memilih Busana Muslim

Hari ini ketika saya dan teman sedang berjalan di taman kota. Memang jadwal untuk jalan-jalan ke taman kota adalah hari minggu, dan kami puaskan diri untuk berjalan-jalan mengelilingi taman kota sampai capek. Sudah hamper 1 jam lebih kami berjalan-jalan, akhirnya capek juga. Ina dan Dita membeli minuman kemasan di penjual kaki lima di samping tempat kami duduk.

Setelah kurang lebih sepuluh menitan, mata kami tertuju pada ibuk-ibuk yang pakaiannya sungguh sangat tidak enak untuk di pandang mata. Beliau mengenakan BUSANA MUSLIM yang sama sekali tidak cocok dengan warna kulit dari ibu itu yang gelap. Dia memakai BAJU MUSLIM yang sangat cerah, dan warnanya juga super mencolok. Seharusnya ibu itu memilih busana yang sedikit lebih polos, warna coklalt muda misalnya, pasti sangat cocok dengan warna kulit si ibu tersebut. Jilbab yang di gunakan ibu itu juga terlalu banyak aksesoris sehingga terkesan sangat mengganggu aktifitasnya.

Lepat Singkong Vs Istana di Penjara!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Lepat Singkong Vs Istana di Penjara!, gimana tanggapan anda?
MBAH Siyem, yang rumahnya berhampiran dengan afdeling--perumahan buruh perkebunan--setiap hari membuat lepat singkong. Sebaskom lepat, begitu masak diletakkan di meja teras rumahnya, ia pun langsung salat zuhur dan melepas lelahnya membuat lepat dengan tidur siang. Saat asar dia bangun, baskomnya sudah kosong! Di hari gajian, warga afdeling berdatangan membayar lepat yang mereka ambil, menyebut sendiri berapa jumlah lepat yang harus dibayarnya.

"Apa Mbah tak pernah dibohongi orang, dia ambil banyak diakui sedikit?" tanya tetangga.

"Tentu saja pernah!" jawab mbah.

"Mbah tahu orangnya?" kejar tetangga.

"Tahu!" jawab mbah, bernada pasti.

"Bagaimana bisa tahu, saat mereka mengambil lepat kan Mbah sedang tidur?" timpal tetangga.


"Orangnya mengaku sendiri!" jelas mbah. "Waktu pulang dari penjara didakwa mencuri karet milik perkebunan, dia langsung mampir dan meminta maaf! Katanya, dia masuk bui gara-gara kualat berbohong pada mbah, cuma membayar sebagian lepat yang dia ambil! Ia yakin begitu, karena orang lain mencuri karet tak masuk penjara!"

"Kualat gara-gara membayar cuma sebagian lepat Mbah?" tetangga tersentak. "Bagaimana pula dengan koruptor miliaran atau triliunan dengan mengencundangi hak banyak rakyat jelata?"

"Kualat itu menurut perasaan orangnya!" ujar mbah. "Dia cerita, setiap malam di penjara tak bisa tidur! Sebenarnya karena penjara sempit, ruangan yang seharusnya untuk 10 orang, diisi 40 orang! Tapi akibat tak bisa tidur, pikirannya melayang mencari penyebab penderitaan itu, yang selalu muncul perasaan kualat berbohong padaku!"

"Berarti kalau penjaranya nyaman, ruang 8 X 8 meter untuk sendirian, berpendingin, berfasilitas hotel bintang, televisi layar datar dan karaoke, termasuk peralatan bermain anak-cucu yang boleh datang kapan saja, seperti yang bisa diperoleh koruptor sesuai temuan Satgas Mafia Hukum, meski dipenjara tak menderita seperti pencuri karet itu, jadi tak ada tekanan untuk merasa kualat!" tukas tetangga. "Bisa jadi itu penyebab korupsi sukar diberantas, karena terbongkar pun korupsinya orang tetap bisa mendapat istana dalam penjara!"

"Mestinya bagaimana?" tanya mbah.

"Bangun penjara khusus buat koruptor! Ada rupa ada harga, uangnya resmi masuk kas negara!" tegas tetangga. "Ada bangsal untuk kelas teri yang tak mampu bayar! Lalu ada kelas satu dan dua, tarifnya hotel melati untuk para tumbal yang dikorbankan demi menyelamatkan tindak korupsi bosnya! Untuk koruptor sejati tersedia VIP, super-VIP, VVIP, super-VVIP, dan super-VVIP plus, tarif dan fasilitas hotel bintang satu sampai lima!"

"Kalau dibuat semewah itu lepat singkongku kalah!" keluh mbah. "Karena orang tak lagi takut kualat korupsi, mengambil lepat lima diakui satu!" ***
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Makan 'Beton' dan 'Dekeman' Jepang!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Makan 'Beton' dan 'Dekeman' Jepang!, gimana tanggapan anda?
MAHASISWA baru di Jepang heran, di kulkas apartemen teman ia temukan beton (biji bangka) rebus dan dekeman (kedelai rebus) dalam kemasan plastik bertulisan huruf Jepang!

"Di mana kau dapat makanan kelangenan Indonesia ini?" tanya mahasiswa.

"Banyak di supermarket sini!" jawab temannya. "Aneh memang, di negeri kita beton rebus tak ada dijual, hanya makanan iseng rumahan! Sedang dekeman, hanya dijual jika ada tontonan di desa! Sedang di sini, dikemas dengan jaminan tanpa pengawet dan dijual di supermarket!"


"Padahal di kampung, beton rebus lewat sehari berlendir!" ujar mahasiswa. "Juga dekeman!"

"Beton rebus sini sebelum dikemas dioven, meski tetap lembap tidak berlendir! Selain itu plastik kemasan relatif tebal, menjaga keawetannya!" timpal teman. "Juga dekeman, direbus tanpa mengubah warna asli hijau segar kulit kedelai, dipajang dalam kotak berpendingin!"

"Faktor teknis proses produksi dan pemasarannya itu yang membuat beton lebih banyak dibuang di negeri kita, sedang Jepang entah dapat beton dari mana, malah menjadikannya komoditas menarik!" tegas mahasiswa. "Tapi itu layak jadi pelajaran bagi kita, benda yang dibuang sebagai sampah di negeri kita, seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya, syukur bisa jadi duit! Bayangkan, Jepang yang menguasai dunia dengan produksi mobil dan elektroniknya, masih melakukan hal-hal yang kita anggap sepele! Artinya, untuk meningkatkan kemakmuran rakyat kita harus bisa daya gunakan secara simultan dari hal-hal yang sangat canggih sampai yang sepele!"

"Kontras dengan negeri kita yang mayoritas rakyat masih miskin! Di sisi canggih kita kalah, di sisi sepele tak kelola dengan baik!" timpal teman. "Salah satu sebabnya, sistem pendidikan kita terlalu sentralistis dan berorientasi status quo--melestarikan nilai-nilai orang tua pada anak secara instruktif dan doktriner! Semangat mencari nilai-bilai baru--sebagai inventor (penemu)--tak dapat penekanan! Di Jepang, pelestarian nilai taken for granted diperoleh dari masyarakatnya, sedang pencarian nilai-nilai baru diprioritaskan, khususnya inventor! Sejak SD anak berkompetisi mencari temuan baru, yang berhasil mendapat perhatian lewat jalur khusus!"

"Terbalik, Jepang yang negeri kerajaan rakyatnya malah berorientasi pada pencarian nilai secara bebas, sedang negeri kita yang republik rakyatnya justru berorientasi feodalistik, berburu kehidupan mapan!" tukas mahasiswa. "Akibatnya, anak-anak kita cuma mimpi jadi pegawai negeri yang mapan dengan jaminan pensiun, atau pekerjaan yang bisa hidup enak tanpa kerja keras seperti politisi! Orientasi sedemikian membuat anak justru taken for granted pada gaya hidup status quo--tak kuat dorongan untuk mencari sendiri nilai-nilai baru, apalagi temuan baru! Tanpa mencari, tentu tak mendapat apa pun! Coba semua mencari!" ***
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

UN, Presiden Ambil Jalan Tengah!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang UN, Presiden Ambil Jalan Tengah!, gimana tanggapan anda?
"GONG polemik tentang ujian nasional (UN) telah berbunyi!" ujar Umar. "Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan UN dilaksanakan 2010 tetapi bukan sebagai alat ukur tunggal atau satu-satunya penentu kelulusan! Sementara itu, Presiden minta penyelenggaraan UN diperbaiki, disempurnakan, serta ditingkatkan kualitasnya!"

"Instruksi Presiden lewat rapat kabinet bidang kesra itu cukup melegakan karena kedua pihak yang berpolemik--pro-UN murni sebagai penentu kelulusan dan proproses belajar tiga atau enam tahun--sama-sama diakomodasi!" sambut Amir. "Tinggal pihak instansi pendidikan dan sekolah menjabarkan pelaksanaannya sehingga kelulusan siswa yang ditetapkan sekolah bisa mendapatkan legalitas instansi pendidikan yang mengeluarkan ijazah tanda lulus murid!"

"Untuk mendapatkan legalitas itu tentu integritas dan kredibilitas sekolah yang pertama harus jadi patokan!" tegas Umar.
"Keputusan sekolah tidak bisa diambil hanya oleh kepala sekolah bersama wakilnya saja! Kepala sekolah harus kerja bersama tim guru senior yang dibentuk untuk itu! Dengan begitu, kinerja siswa selama tiga atau enam tahun mendapat penilaian yang benar-benar objektif!"

"Kualifikasi kinerja siswa selama proses belajar di sekolah itu juga harus jelas standarnya!" timpal Amir. "Pertama, kualitas akademik berdasar nilai rapornya selama proses belajar. Kedua, disiplin, kerajinan belajar, serta akhlak atau mentalitas dan budi-pekertinya. Ketiga, nilai mata pelajaran yang tak di-UN-kan, seperti olahraga, kesenian, dan muatan lokal sekolahnya. Keempat nilai UN itu sendiri, dengan syarat minimum pencapaian nilai rata-ratanya dari hasil UN disesuaikan akreditasi sekolahnya dari instansi pendidikan, misalnya A, B, atau C. Untuk kelompok A mungkin 85 persen dari patokan nilai minimum yang harus dicapai dalam UN--kalau standar UN 5,5, berarti 85 dari 5,5. Lalu kelompok B 75 persen, dan C 65 persen! Dengan standar minimum capaian dari hasil UN, lulusan berdasar putusan sekolah juga tidak buruk-buruk amat!"

"Terpenting dengan penilaian komprehensif semua sisi penting selama proses belajar itu lebih adil bagi murid, ketimbang kelulusan yang hanya ditentukan oleh satu-satunya nilai, dari UN!" tegas Umar. "Masalah keadilan bagi murid itulah yang diperjuangkan terkait UN selama ini! Maka itu, keadilan dimaksud harus diwujudkan!"

"Namun, penyelesaian masalah ini tak mungkin seperti makan cabai, sekali kletus langsung pedas!" timpal Amir. "Selalu ada kemungkinan belitan kepentingan dari tingkat pusat, instansi pendidikan daerah, juga di sekolah! Semua kepentingan tarik-menarik hingga jangan terkejut kalau akhirnya tarikan terkuat yang menang dan berakibat, arah prosesnya kembali melenceng dari idealnya!" ***
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Century Gate Masuki Babak Baru!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Century Gate Masuki Babak Baru!, gimana tanggapan anda?
"PETUNJUK membersit, Century Gate memasuki babak baru!" ujar Umar. "KPK sudah menemukan lima indikasi korupsi dalam dana talangan Rp6,7 triliun ke Bank Century! Sedang DPR, setelah rapat Pansus Hak Angket Century Gate sepanjang hari kemarin 'menghabisi' mantan Deputi Gubernur BI Bidang Pengawasan, Aulia Pohan, diketahui telah terjadi pembiaran atas kesalahan yang dilakukan berulang sejak awal merger tiga bank gagal--CIC, Pikko, dan Danpac--menjadi Bank Century!"

"Dari kedua sisinya itu semakin tampak adanya pelanggaran hukum, baik akibat penyalahgunaan wewenang maupun kelalaian!" timpal Amir. "Dari situ terpenting dicatat, dalam pengungkapan kasus ini sama sekali tidak ada politisasi! Kedua lembaga melangkah tepat pada jalur tugasnya--KPK menelusuri korupsinya, Pansus DPR mencari pelanggaran aturan main kekuasaan!"

"Catatan itu penting karena membantu bank di saat krisis untuk menyelamatkan ekonomi negara tentu merupakan keharusan!" tegas Umar.
"Tapi timbul masalah, di balik pelaksanaan keharusan itu ada yang membonceng untuk mendapatkan keuntungan pribadi dengan merampok sebagian dana talangan dari LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) sebesar Rp6,7 triliun itu! Padahal, dana LPS itu uang negara, setoran modal awal LPS dari APBN Rp4 triliun dan setoran bank dari potongan bunga tabungan nasabah untuk premi jaminan simpanan! Jadi, seluruh dana itu uang rakyat!"

"Dengan talangan itu uang rakyat, penyimpangan dalam penyalurannya sebesar Rp2,8 triliun yang tak berdasar hukum (versi BPK), harus dicari yang bertanggung jawab!" timpal Amir. "Usaha mencari penggarong uang rakyat nyata bukan politisasi! Sebaliknya, usaha menutup-nutupi penggarongan itu dengan penggunaan segala bentuk kekuasaan yang justru merupakan politisasi!"

"Maka itu, KPK dan Pansus DPR tak perlu terhalang oleh segala bentuk kontraisu yang menyebut pelaksanaan tugas mereka sebagai politisasi!" tegas Umar. "Semua sepakat bantuan pada bank di masa krisis untuk menyelamatkan ekonomi nasional! Tapi semua juga sepakat, siapa pun membonceng untuk keuntungan pribadi atau golongan di balik bantuan tersebut, apalagi menggarong dana talangannya, harus ditindak tegas menurut hukum!"

"Lebih lagi pidana korupsi terkait perbankan! Berdasar yurisprudensi, kelalaian pimpinan BI dari Burhanuddin Abdullah sampai Aulia Pohan atas dana Yayasan BI divonis hukuman berat, dalam Century Gate--seperti terungkap di rapat Pansus Selasa (5-1)--kelalaian terjadi berulang-ulang sampai para anggota Pansus menyebutnya permisivisme,--pembiaran kesalahan yang terus-terusan terjadi!" timpal Amir. "Karena itu, harus diperjuangkan hukum tetap berlaku sama pada setiap warga negara!" n
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Laode Ida Tolak Mobil Supermewah!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Laode Ida Tolak Mobil Supermewah!, gimana tanggapan anda?
"MAHATMA Gandhi, bapak bangsa India, naik kereta api ekonomi di kelas tiga!" tutur Umar. "Orang di sekitarnya mengenali itu tokoh besar bangsanya, menanya, 'Kenapa Anda naik kereta ekonomi kelas tiga?' Dengan senyum pemimpin agung berpakaian lembaran kain putih mirip ihram itu menjawab, 'Karena tidak ada kelas empat!"

"Itu contoh hidup sangat sederhana dari seorang pemimpin yang amat dihormati bukan saja oleh bangsanya, tapi juga dunia!" sambut Amir. "Lewat praktek hidup sederhana meneladani Gandhi para pemimpin India, di tengah krisis keuangan global ekonomi negerinya yang berpenduduk satu miliar jiwa mampu mencapai pertumbuhan di atas delapan persen pada 2009! Sedang kita, cuma mampu tumbuh empat persen saja, jauh di bawah skala penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan, para pejabat negaranya sudah merasa amat hebat hingga memakai kendaraan dinas Crown Super-Saloon seharga Rp1,3 miliar!"

"Maka itu, sangat wajar Laode Ida, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), menolak kendaraan dinas supermewah itu!" tegas Umar. "Menurut dia, selisih harga lebih Rp800 juta itu berarti banyak bagi rakyat yang mayoritas masih melarat! Laode Ida menegaskan, pimpinan negara kita tidak peka terhadap penderitaan rakyat!"


"Masalahnya, karena para pemimpin kita terjebak hidup dalam retorikanya sendiri!" timpal Amir. "Dengan retorika mereka sebutkan negara telah maju dan rakyatnya makmur, mereka anggap retorikanya itu telah menjadi kenyataan sehingga dirinya merasa patut tampil selayak pemimpin di negara yang rakyatnya makmur! Celakanya, ada di antara pemimpin itu, meski tak sebanyak bilangan jari seperti Laode Ida, masih bisa melihat realitas penderitaan rakyat apa adanya! Akibatnya terjadi kontras, para pemimpin hidup supermewah, rakyatnya hidup tiarap tercekam superderita!"

"Ironisnya, para pemimpin selalu merujuk sukses negerinya dengan mengacu India dan China, yang keduanya berpenduduk lebih satu miliar jiwa dengan angka pertumbuhan ekonomi kontinu di atas delapan persen! Bahkan sebelum krisis global China bisa lebih 10 persen!" tukas Umar. "Padahal, kedua negara itu bisa mencapai sukses demikian terutama berkat para pemimpin negerinya hidup sangat sederhana, sedang para pemimpin kita sebaliknya! Di China koruptor dihukum mati, di sini komisi antikorupsinya diadang berbagai penyulitan! Terakhir disiapkan aturan penyadapan telepon koruptor setiap dilakukan komisi itu!"

"Meski begitu, kita cuma bisa berdoa langkah Laode Ida membawa pencerahan pada para pemimpin bangsa kita, hingga mampu melihat dengan jernih realitas penderitaan rakyat!" timpal Amir. "Agar mereka tak lagi lupa diri, menari-nari hidup supermewah di atas penderitaan rakyat!"
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

Kakek 'Replanting' Lapangan Golf!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang Kakek 'Replanting' Lapangan Golf!, gimana tanggapan anda?
UNJUK sukses di kota, cucu membawa kakeknya yang datang dari desa ke lapangan golf.

"Ini tempat orang-orang sukses!" jelas cucu. "Aku dulu kakek ajari mengayun sabit membabat rumput, sekarang mengayun stik memukul bola!"
Kakek terangguk, memandang lapangan luas yang hijau, dipagari pepohonan tinggi di kiri-kanannya. Sambil ikut cucu jalan bersama kawan mainnya, ia pun banyak bertanya tentang golf, tentang orang-orang yang membawakan tongkat golf mereka!
Di jalan pulang cucu tanya, "Apa kesan kakek?"

"Bagus!" jawab kakek. "Itu olahraga sempurna! Jalan sampai tiga jam lebih, memukul bola pakai tenaga, menghirup udara segar! Cuma..."

"Cuma apa?" kejar cucu.


"Itu pepohonan di kiri-kanan sepanjang lapangan kenapa ditanam albasia atau cemara yang tidak berbuah?" ujar kakek. "Tadi kakek bayangkan, jika itu ditanami petai, melinjo, durian dan lainnya yang juga bisa menjulang setinggi itu, pasti hasilnya menambah perolehan sewa lapangan!"

"Kakek kuno, kampungan!" entak cucu. "Golf itu permainan kelas dunia, lapangannya juga harus berstandar internasional!"

"Masak pohonnya saja tak boleh di-Indonesia-kan? Yang bener aja!" timpal kakek. "Coba kalau itu tanaman kebun, hasilnya separuh untuk yayasan pengelola lapangan, separuhnya lagi bisa untuk kesejahteraan para kedi yang sekaligus diberi tugas menjaga, merawat, dan memanen hasilnya, kesejahteraan ratusan kedi bisa ditingkatkan!"

"Jadi kakek tadi dalam benak me-replanting--menanam ulang--pepohonan di lapangan golf, sekalian perhitungan ekonomisnya?" tanya cucu. "Tapi ada standar bentangan lebar pohonnya!"

"Lebar bentangan pohon bisa diatur!" tegas kakek. "Pokoknya semua aturan permainan tetap, pohonnya saja yang di-Indonesia-kan! Sekaligus sebagai contoh pembumian budaya dunia di negeri ini sehingga modernisasi bukan semata-mata westernisasi, melainkan juga mentahbiskan piranti lokal ke dalam proses modernisasi! Dengan begitu, di tengah kemajuan yang dicapai kita tetap merasa hidup di bumi Indonesia yang amat kita cintai! Berani mengajukan gagasanku?"

"Ogah, ah!" jawab cucu. "Ntar jadi tertawaan!"

"Kalau kalangan suksesnya--atau istilah televisi elitenya--saja tak berani meng-Indonesia-kan lingkungannya, sehingga simbol-simbol sukses dan kemajuan cuma yang serbawesternisasi, saat kemajuan tercapai bangsa ini kehilangan identitas atau jati dirinya!" tegas kakek. "Sampai di situ, secara budaya dengan semua subsistemnya--tanpa kecuali politik dan ekonomi--bangsa kita kembali terjajah! Penjajahan budaya, lebih merasuk ke sumsum sendi-sendi kehidupan!"

"Kakek repot jati diri melulu!" entak cucu. "Kakek lihat sendiri, tradisi feodal mampu bertahan dan menyatu dengan politik dan ekonomi liberal! Budaya dunia tak kenal batas negara, Kek!"
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.

2010, Cekik dan Peras Guru Honorer!


Informasi terbaru terkini dari negeri tercinta tentang 2010, Cekik dan Peras Guru Honorer!, gimana tanggapan anda?
"SEJALAN tradisinya, Indonesia memasuki 2010 dengan ketiadaan grand design--blue print--gambar akhir hasil pembangunan!" ujar Umar.

"Rencana pembangunan jangka menengah dan panjang cuma memuat target-target parsial, tambal sulam! Kemiskinan akhir periode anu berkurang anu persen! Pengangguran turun sekian persen! Kekurangan listrik 50 ribu mw ditambal 10 ribu mw, padahal periode itu sampai bolongnya jadi jauh lebih besar! Idealnya, ada blue print komprehensif bentuk akhir seutuhnya, berapa biayanya, bagaimana mewujudkannya lengkap time schedule prosesnya!"

"Tambal sulam itu terjadi nyaris di semua sektor!" timpal Amir. "Di sektor pendidikan amat parah, dilukiskan Dr. M. Abduhzen dari Institute for Education Reform dalam seminar akhir tahun FMGI--Forum Martabat Guru Indonesia--Lampung! Ganti rezim pejabat ganti kebijakan, sifatnya trial and error, hit and run, kick and rush--plesetan cekik dan peras!"


"Aslinya kick and rush berarti tendang dan tabrak, istilah rugbi--sepak bola Amerika!" ujar Umar. "Diplesetkan cekik dan peras, seperti apa?"

"Contoh gamblang diberikan Prof. Sutopo Gani--Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Lampung--pada seminar sama! Dari 20 persen APBD 2009 Provinsi Lampung untuk pendidikan atau Rp380-an miliar, masuk sektor pendidikan cuma 10,5 persen! Yang 89 persen lebih masuk satker-satker lain dengan dalih kegiatan pendidikan satkernya!"

"Mantap sekali cekik dan perasnya!" tukas Umar.

"Padahal masalah sektor pendidikan sendiri jauh lebih kritis dari dalih yang malah diberi prioritas itu!" timpal Amir. "Menurut Prof. Sutopo, dari 107 ribu guru di Lampung, 54 ribu lebih guru honorer, merata di sekolah negeri dan swasta! Bukan rahasia, honor kebanyakan guru itu cuma sekitar Rp250 ribu sebulan! Jika guru honorer mogok, tegas Sutopo, pendidikan Lampung bisa lumpuh!"

"Gawat!" entak Umar. "Keadilan harus ditegakkan! Masak anggaran pendidikan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sudah dicukupi 20 persen, masih demikian banyak guru tercekik dan diperas!"

"Itulah yang diperjuangkan Dewan Pendidikan, dengan konsep tidak tambal sulam lagi!" tegas Amir. "Tuntutan kenaikan gaji guru honorer harus setara gaji minimal yang diterima guru PNS tahun 2010, yakni Rp2 juta! Ada komitmen nasional--sejak Hari Guru 2008 Presiden SBY menjanjikan nasib semua guru honorer selesai akhir 2009, kata Prof. Sutopo, kebutuhan dana untuk itu ditutup anggaran pendidikan pusat 50 persen, provinsi 30 persen, kabupaten-kota 20 persen! Anggaran pendidikan pusat dan provinsi di Lampung sekitar Rp1,7 triliun, biaya untuk itu dan kebutuhan pendidikan lainnya bisa dipenuhi!"

"Kuncinya pada kepala daerah dan DPRD yang saat kampanye berjanji propendidikan!" timpal Umar. "Jika mereka kesatria memenuhi janjinya, bukan janji kosong, derita guru honorer bisa diatasi--tak lagi melanjutkan tradisi tambal sulam!" ***
Tolong tinggalkan komentar untuk membuat blog ini lebih bagus.