Istriku Berzinah di Rumah Mertua ( Nyata ! )


Informasi terbaru Istriku Berzinah di Rumah Mertua ( Nyata ! )
Sebagai lelaki, jelas aku tersinggung dengan ulah ibu mertuaku. Tanpa sepengetahuanku, diam-diam dia telah menikahkan istriku dengan lelaki lain. Parahnya lagi, saat aku menggerebek ke rumah mertua, istriku berada di dalam kamar bersama lelaki yang dijodohkan ibunya. Mereka berzinah di dalam kamar, yang dulu kami tempati saat masih bersama.

Namaku Erwinsyah, usia 26 tahun. Istriku Riski Norma Yunita Panggabean (20). Permasalahan ini takkan kuungkap jika aku menemukan keadilan di lingkungan tempat tinggalku, Jalan Bakti, Gang Langgar, Kelurahan Tegal Sari III, Kecamatan Medan Area. Saat menggerebek perzinahan Kiki (panggilan akrabnya), aku didampingi kepala lingkungan dan sejumlah warga. Keinginanku untuk menangkap mereka pupus, karena lurah minta hal itu diselesaikan kekeluargaan.

Apa yang mau diselesaikan, jika ternyata itu hanya salah satu upaya, agar istriku dan selingkuhannya kabur. Tinggal aku sendiri yang bertanya-tanya, mengapa masalah ini melanda rumah tanggaku.

Pernikahanku dengan Kiki hampir berjalan 2 tahun lamanya. Kami dikaruniai seorang putri, Nabila (11 bulan). Pernikahan kami sah dan tercatat di Kantor Catatan Sipil, Sabtu, 26 Juli 2008, nomor 452/79/VII/2008. Pernikahan kami terjalin atas dasar cinta. Kebetulan rumahku dan rumah Kiki hanya berjarak 2 rumah saja.

Saat itu, Kiki masih duduk di bangku SMA kelas dua. Karena rumah kami berdekatan, kami selalu bertemu. Bahkan sering ibu Kiki memergoki kami sedang bercumbu di rumah. Mungkin takut putrinya hamil, tiba-tiba ibu Kiki datang ke menemui orangtuaku dan minta kami dinikahkan. Kiki terpaksa putus sekolah demi menjalani bahtera rumah tangga bersamaku.

Selama menikah, kami tinggal di rumah ibu Kiki. Ibu mertua tampaknya tak mau lepas dari putrinya, meski sudah menikah. Semula aku memaklumi hal ini. Apalagi Kiki sedang mengandung, tentunya dia ingin dekat dengan ibunya. Tapi kebahagiaan hanya sebentar kami rasakan.

Setelah anak kami lahir, mertua yang kebetulan tinggal perempuan saja, sedangkan yang lelaki sudah meninggal, tampaknya mulai berubah sikap. Dia selalu komplain jika mendengar anak kami menangis atau merengek. Bahkan pekerjaanku sebagai penarik betor (pabetor) sering disindirnya.

Meski berusaha sabar, tapi aku lama-lama tak tahan juga. Enam bulan lalu aku mengajak Kiki pindah ke rumah ibu. Tak dinyana, ibu mertua marah besar begitu tau kami mau pindah. Disebabkan itulah aku dan istri jadi sering bertengkar. Aku jadi lebih sering nginap di rumah ibu, ketimbang tempat mertua dimana istri dan anakku tinggal.

Sekitar 3 bulan lalu, tanpa sepengetahuanku Kiki pergi dengan ibu mertua ke rumah kakaknya di Gunung Tua. Nabila diberikan pada ibuku.

Kukira hanya beberapa hari saja istriku di sana. Tak dinyana malah berbulan-bulan. Aku sudah berusaha mencari alamat kakak ipar itu, tapi keluarganya seperti tutup mulut. Setiap malam terbayang wajah istriku. Kerinduan semakin menyiksaku. Namun semua harus kuterima dengan lapang dada dan berharap istriku kembali ke pelukanku.

Kuperoleh kabar dari warga, kalau istriku dijodohkan dengan lelaki lain di sana. Namanya Zainudin, kontraktor dan berdomisili di Sei Rotan, Tembung. Hatiku terbakar, aku langsung mendatangi rumah ibu mertua, mencari istriku. Tapi lagi-lagi aku dihalangi.

Aku orang bodoh dan awam soal hukum. Mungkin karena kebodohanku, keluarga istriku sesuka hatinya berbuat padaku. Mengancamku agar tak mengganggu Kiki lagi.

Dua hari sebelum Kiki tukar cincin dengan Zainudin, kami sempat ketemu sembunyi-sembunyi. Aku masih ingat jelas ucapan Kiki padaku. ‘’Aku tak mau menikah dengan lelaki itu Bang. Aku masih cinta abang. Ini semua kerjaan ibu, dia mau aku nikah dengan orang yang banyak duit. Bunuh aja laki-laki itu Bang, aku tak suka dengannya,’’kata Kiki padaku sambil menangis. Kami berdua sama-sama menangis sambil berpelukan.

Saat itu aku mengajak Kiki lari, tapi dia tak mau. Dia takut keluarganya akan marah karena sudah menerima mahar dari lelaki itu. Karena Kiki tak mau lari, aku pun nekat mendatangi rumah mertua.

Tapi kenekatanku membawa hasil buruk. Aku diusir mentah-mentah dari rumah itu. Padahal Kiki istriku yang sah di mata hukum dan agama. Mengapa hubungan kami dihalangi. Aku tak tau lagi bagaimana yang harus kulakukan. Keputus asaan membuatku pergi beberapa hari ke luar kota, Langsa.

Sepulangnya dari sana Kiki sudah tak ada lagi di rumah ibu mertua. Beberapa hari lalu, tepatnya 28 April 2010, aku mendapat kabar Kiki dan Zainudin datang ke rumah ibu mertua. Dia bersama Zainudin. Meski kata orang, Kiki sudah menikah sah dengan Zainudin di Kisaran. Tapi aku tak peduli. Aku tak pernah memberinya izin menikah.

Malam itu, sekira pukul 00.00, aku menemui kepling dan meminta beberapa warga sebagai saksi untuk menggerebek rumah ibu mertua. Bahkan seorang personil kepolisian berpakaian preman juga ikut serta. Sebelum menggerebek, kami mengintip dulu dari kisi jendela kamar. Saat itu, kami melihat Kiki dan Zainudin sedang berhubungan intim di dalam kamar, yang sebelumnya merupakan kamar kami dan Kiki sewaktu tinggal di rumah ibu mertua.

Ibu mertua tak dapat berbuat apa-apa ketika aku memaksa masuk bersama kepling dan warga. Pintu kamar Kiki kugedor kuat-kuat. Sekitar 10 menit kemudian, barulah pintu dibuka. Aku minta pada polisi dan kepling untuk menangkap pasangan zinah ini. Tapi kepling dan petugas kepolisian itu malah minta agar Lurah Tegal Sari III dipanggil.

Oleh lurah itu, saya diminta jangan melapor polisi. Menurutnya masalah itu bisa diselesaikan baik-baik dan kekeluargaan. Apalagi katanya Kiki dan Zainudin sudah menikah.

Apakah mereka sah menikah, sementara surat yang ditunjukkan ibu mertua hanya kertas selembar putih. Bukan seperti milikku yang punya buku nikah. Aku merasa ada keanehan dengan sikap polisi dan lurah. Seharusnya pasangan zinah itu bisa diamankan dulu di kantor polisi, baru penyelesaiannya dirembuk bersama. Seakan ada permainan, diam-diam Kiki dan Zainudin kabur entah kemana.

Aku sakit hati, rasanya mau gila melihat ulah orang-orang yang selalu berupaya menjauhkan aku dari istriku. Mungkin karena aku miskin, makanya tak pernah dibela. Sedangkan lelaki itu kaya, dan kontraktor yang memiliki proyek di mana-mana. Tentunya dia punya uang banyak dan bisa membeli harga diri orang.

Besoknya, 29 April, aku melapor ke Poltabes MS dengan nomor polisi LP/1127/IV/2010/SPK/Tabes MS. Kiki dan Zainudin kulaporkan atas pasal 284 KUHPidana mengenai perzinahan.

Aku tak mau cengeng dengan kegagalanku berumah tangga. Tapi aku hanya menunjukkan harga diriku sebagai lelaki yang berusaha mempertahankan rumah tangga dari badai yang dibuat mertuaku sendiri. Setiap saat aku berdoa memohon keadilan pada Yang Maha Kuasa, agar kiranya keluargaku terlepas dari muslihat mertua yang jahat, amin. (curhat Erwinsyah pada Maria Surbakti)

sumber : http://www.posmetro-medan.com/index.php?open=view&newsid=17814

Tinggalkan komentar anda tentang Istriku Berzinah di Rumah Mertua ( Nyata ! )

0 komentar:

Posting Komentar